Daniel menambahkan bahwa kegiatan study tour dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman nyata, memotivasi siswa untuk belajar, mengembangkan keterampilan sosial, menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta mendorong kemandirian dan tanggung jawab.
Selain itu, kegiatan ini juga mempererat hubungan antara siswa dan guru serta meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan budaya.
Sebagai contoh, Daniel menyebut wisata edukatif ke Kampung Naga, Tasikmalaya. Di sana, siswa dapat belajar langsung mengenai praktik menganyam bambu menjadi produk bernilai ekonomi, bercocok tanam, serta berinteraksi dengan masyarakat setempat dalam kegiatan sehari-hari, seperti memasak dan makan bersama.
Di sisi lain, terkait dengan upaya pengetatan belanja anggaran pemerintah, ASITA mengajak pemangku kepentingan pariwisata di Jawa Barat untuk memperluas pasar inbound dengan mempromosikan produk wisata ke negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
“Jawa Barat memiliki daya tarik wisata yang unggul, terutama dalam aspek wisata alam dan budaya. Kita tidak bisa hanya bergantung pada anggaran pemerintah daerah,” kata Daniel.