Kisah Badut Jalanan di Purwakarta, Serba Salah Demi Rupiah

JABARNEWS | PURWAKARTA – Keberadaan badut jalanan dengan berbagai kostum animasi semakin marak di berbagai tempat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Badut jalanan dengan karakter seperti Boboiboy, Ipin Upin, Mickey Mouse, maupin Doraemon mudah dijumpai di wilayah Purwakarta Kota.

Seorang badut jalanan di Purwakarta mengungkapkan suka dukanya. Sebut saja orang di balik kostum animasi itu bernama Andrian.

Dia mengaku berusia 21 tahun dan berasal dari Desa Ciasem Girang, Kecamatan Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Andrian setiap hari menyusuri jalanan di sekitaran Purwakarta Kota, sesekali ia pernah sampai juga hingga Jatiluhur. Pekerjaan badut jalanan sudah dijalani olehnya sekitar empat bulan.

Baca Juga:  Aktivis Cianjur Unras Geruduk Pemkab Cianjur, Ini Tuntutannya

Di sekitar Taman Pembaharuan, tak jauh dari Kantor Kecamatan Purwakarta Kota, pria yang tidak tamat pendidikan sekolah dasar itu pun bercerita pengalamannya menjadi badut jalanan.

Bersama lima orang temannya yang juga melakoni pekerjaan sebagai badut jalanan, dia pulang pergi Purwakarta Sukamandi.

“Pergi bareng-bareng dari Sukamandi dengan menumpang mobil truk yang melintas. Pergi pagi pulang malam, kadang sampai rumah bisa tengah malam,” kata Andrian, Kamis (23/9/2021), dikutip dari Dejurnal.

Menurutnya, kostum animasi yang dia dan teman-temannya pakai disewa dari pemiliknya di Sukamandi dengan harga sewa per hari Rp25 ribu.

Baca Juga:  Wagub Jabar: Melalui MQK Tumbuhkan Minat Baca Kitab Kuning

“Lumayan masih ada lebihnya, sisa makan dan minum. Kalau lagi beruntung, saya bisa mendapat uang Rp200 ribu, kadang hanya Rp100 ribu, bahkan kalau sepi hanya Rp50 ribu,” katanya.

“Sewa kostum Rp25 ribu ke pemiliknya,” ujar Andrian, yang mengaku pernah kerja serabutan jadi kuli bangunan hingga pengamen sebelum jadi badut jalanan.

Dengan penghasilannya menjadi badut jalanan, ia bersyukur bisa menutupi kebutuhannya sehari-harinya, terlebih di masa pandemi Covid-19 ini. Bahkan, adik-adik dan orang tuanya bisa ia biayai 

“Sedihnya tuh pas cuaca hujan, kalau kehujanan kostum jadi makin berat. Serba salah memang, kalau cuaca panas di dalam kostum jadi pengap, napas tersengal-sengal karena seluruh tubuh mulai dari kepala hingga kaki tertutup kostum badut,” katanya.

Baca Juga:  Hardiknas 2022 dan Pendidikan Sebagai Sektor Pelayanan Dasar

Terkait keberadaan badut jalanan di Purwakarta, salah seorang warga, Mado Asmadi mengatakan, berbagai macam mata pencaharian dijalani oleh warga untuk bisa bertahan di masa pandemi ini.

“Pekerjaan badut jalanan merupakan salah satu mata pencaharian yang disediakan ruang-ruang publik. Buat saya tidak masalah, yang penting tidak bertindak kriminal, saya pikir para badut bukan pengemis yah, mereka bisa menghibur anak-anak,” kata Bang Mado. (Red)