Kisah Nenek Tarmi, 30 Tahun Jadi Pengrajin Dudukuy

JABARNEWS | MAJALENGKA – Dudukuy atau topi lebar yang terbuat dari anyaman bambu ini unik dan khas, juga semakin langka. ‎Selain itu, para pengrajinnya juga semakin berkurang, mengingat upahnya yang hanya Rp 8 ribu saja untuk satu buah Dudukuy. Sementara untuk harga kebutuhan pokok dewasa ini, nyaris semuanya semakin tinggi.

Pengrajin Dudukuy di Desa Karangasem Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka, Nenek Tarmi (82) membenarkan bahwa penghasilannya dari membuat Dudukuy itu hanya dihargai Rp 8 ribu saja. Ia menjualnya kepada bandar setelah selesai membuat Dudukuy sebanyak 20 buah atau satu kodi.

Baca Juga:  Soal Program Prioritas Nasional BBPOM di Cianjur, Herman Suherman Klaim Begini

“Alhamdulillah meski hanya dihargai segitu, cukup untuk biaya makan dan kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya, di rumahnya di Dusun Kawungsari Desa Karangasem, Minggu (2/9).

Baca Juga:  Alih Fungsi Lahan Potensi Bencana

Tarmi menambahkan keahliannya sebagai penganyam dan pembuat Dudukuy telah ia jalani selama 30 tahun lebih. Ia telah membuat Dudukuy sejak ditinggalkan sang suami yang telah lebih dulu meninggalkannya. Sementara anak-anak dan cucunya telah menempuh hidup dan berumah tangga di lain tempat.

“Dalam seminggu saya bisa menyelesaikan satu kodi Dudukuy. Itu pun bisa cepat atau lambat, tergantung ada tidaknya kesibukan di sekitar rumah, semisal hajatan, karena sekarang ini banyak yang hajat. Sekarang mah pembuat Dudukuy kayak saya ini terus berkurang, semakin sedikit. Apalagi kalau lihat upahnya yang hanya Rp 8 ribu untuk satu Dudukuy, anak-anak muda mana mau membuat dudukuy?” ujarnya. (Rik)

Baca Juga:  Viral, Angin Puting Beliung Kembali Muncul di Cirebon

Jabarnews | Berita Jawa Barat