Selain RUU Boikot, DPR RI juga mendorong diplomasi aktif di berbagai forum internasional dan memperkuat sinergi dengan pemuda, kementerian terkait, dan kalangan akademik. “Kemerdekaan Palestina bukan hanya tanggung jawab DPR atau pemerintah. Ini perjuangan kolektif seluruh rakyat Indonesia,” lanjutnya.
Konferensi ini juga menunjukkan bahwa mayoritas pemuda Indonesia menolak solusi dua negara (two-state solution), dan mendambakan kemerdekaan penuh untuk Palestina. Meski demikian, Mardani mengajak generasi muda untuk tetap bersikap realistis dan strategis.
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof. Jamhari Makruf, menyampaikan perlunya pendekatan damai yang memperhatikan eksistensi wilayah bagi Palestina dan solusi jangka panjang berdampingan secara adil. “Perdamaian berarti memastikan kedua pihak bisa hidup berbarengan dengan damai,” ungkapnya.
Sementara itu, Suyadi Pawiro dari Kemenpora menekankan pentingnya menjaga semangat idealisme pemuda. “Yang harus dijaga itu semangat dan idealisme. Kita harus terus mencari peluang konkret untuk mendukung Palestina,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari Kementerian Luar Negeri melalui Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jaelani, yang menyebut acara ini krusial dalam mengukuhkan posisi Indonesia di dunia internasional sebagai pendukung kemerdekaan Palestina. “Palestina adalah satu-satunya bangsa yang belum merdeka. Konferensi ini menguatkan posisi Indonesia,” katanya.