“Ibu adalah jiwa kita. Ketika seorang anak kehilangan ibu, sebenarnya dia kehilangan separuh jiwanya,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Kurikulum Nyaah ka Indung ini juga mengangkat kembali tradisi Sunda seperti ayun ambing mengayun anak di sinjang (kain) ibu yang sarat makna emosional dan pendidikan karakter. Menurut KDM, tradisi ini menjadi simbol keterikatan batin yang kini mulai hilang di tengah perkembangan zaman.
“Anak-anak sekarang cenderung hiperaktif dan kehilangan identitas karena tradisi ayun ambing hilang. Mereka banyak dilepas tanpa dipeluk dan dipegang kembali,” katanya.
Tak hanya soal kasih sayang terhadap ibu, KDM juga menekankan pentingnya mencintai alam sebagai perpanjangan kasih seorang ibu. Ia menyebut tanah dan air sebagai bagian dari ibu pertiwi yang wajib dijaga.
“Perlakukan alam sebagaimana kita memperlakukan ibu kita. Tanam pohon, rawat lingkungan. Itu adalah bentuk nyata kita menanam kehidupan,” tandasnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





