Pakar Bahasa: Hastag #2019gantipresiden Bukan Makar

JABARNEWS | BANDUNG – Menjelang pilpres 2019, telah banyak dinamika yang terjadi di masyarakat. Salah satu yang ramai diperbincangkan yaitu polemik dukungan politik terhadap pasangan capres-cawapres baik dari kubu petahana maupun dari kubu oposisi.

Banyak pihak yang menilai gerakan tersebut adalah gerakan makar dengan alasan #2019gantipresiden diartikan sebagai seruan mengganti sistem presidensil, bukan mengganti individu yang menjabat sebagai presiden.

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sekaligus pakar bahasa, Asep Rahmat, M.Hum, Mengatakan bahwa #2019gantripresiden adalah sebagai bentuk pemilihan di pilres 2019 nanti.

Baca Juga:  Job Fair Di Majalengka, 40 Perusahaan Siap Rekrut Calon Karyawan

“Dalam prakteknya kata kuncinya adalah 2019 itu konteks yang mengunci pemahaman tagar ini, kalau tanpa tagar ini mungkin ada pemaknaan lain. Tapi kalau pakai tagar dan dilihat konteknya 2019 itu adanya pilpres, jadi akan ada kemungkinan pergantian presiden,” ujar Asep saat diwawancarai media di Cafe Centroputo, Jalan Trunojoyo, Bandung, Kamis (20/9/2018).

Fenomena ini berlanjut ketika media sosial ramai dengan munculnya hashtag #2019gantipresiden. Tidak berhenti di media saja, hashtag ini pun sampai menjadi gerakan di berbagai kota yang berbentuk deklarasi untuk menggiring masyarakat mendukung salah satu pihak.

Baca Juga:  Buka MTQ ke-18, Ini Pesan Bupati Serdang Bedagai

“Saya pikir yang penting itu adalah literasi media. Kita tahu bahwa media sosial itu adalah media yang tak terkontrol. Oleh karena itu yang dibutuhkan masyarakat itu lebih dewasa dan jangan baperan,” ucapnya.

Ia menegaskan, bahwa #2019gantipresiden bukan termasuk kategori makar, melainkan hanya bentuk apresiasi dalam demokrasi.

“Dari segi bahasa itu bukan makar, itu hanya pernyataan politik saja,” jelasnya.

“Saya kira para politisi itu adalah parpol yang ada pengikutnya dibawahnya maka dia seharusnya sudah mulai mengendalikan diri. Jadi seharusnya politikus bisa mengontrol diri,” tambahnya.

Baca Juga:  Pemkab Purwakarta Terima Kendaraan Kemetrologian

#2019gantipresiden hanya terjadi antara dua kelompok. Oleh karena itu ia menghimbau agar dari kedua belah pihak harus lebih dewasa dalam menanggapi isu seperti ini.

“Karena ini situasi politik, segala cara dimain kan, dari dua sisi harus dewasa ketika pemilihan ini selesai akan kembali semua, kan,” Pungkasnya. (Rnu)

Jabarnews | Berita Jawa Barat