Farhan mengakui, penolakan warga terhadap lokasi pengolahan menjadi salah satu tantangan terbesar, terutama karena isu bau dan kenyamanan lingkungan.
Ia menegaskan, keberhasilan sistem ini membutuhkan kerja bersama antara pemerintah, akademisi, dan warga.
“Kuncinya kolaborasi. Kalau semua RW bergerak, tak ada lagi sampah yang tersisa di kota. Semua selesai di tingkat RW dan kelurahan,” ujarnya.
Langkah ini menjadi bagian dari transformasi besar Bandung menuju kota yang mandiri dalam mengelola sampah, sebuah ambisi lama yang kini mulai dibangun dari skala terkecil: rumah tangga. (rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News