Daerah

Pengangguran di Karawang Tercatat Mencapai 102.000 Orang

×

Pengangguran di Karawang Tercatat Mencapai 102.000 Orang

Sebarkan artikel ini

JABARNEWS | KARAWANG – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Suroto mengungkap Sekitar 9,5 persen dari total jumlah penduduk Karawang yang mencapai 2,9 juta jiwa itu masih menganggur.

Terkait dengan slogan Karawang kota industri, ia menyatakan secara umum di daerah industri itu memang cukup banyak penganggur.

“Masalah pengangguran akan menjadi pekerjaan rumah Pemkab Karawang yang harus diselesaikan,” ujarnya Sabtu (25//12/2019).

Baca Juga:  Kasus Asusila Sesama Jenis Bocah SD di Garut: Dari Korban Jadi Pelaku

Jumlah pengangguran di daerah tersebut mencapai sekitar 102.000 orang. Ia mencontohkan wilayah Bekasi yang dikenal sebagai daerah industri, cukup banyak juga penganggur di daerah tersebut.

“Peluang usaha sebenarnya banyak. Di antaranya di bidang pertanian dan UMKM. Jadi cara mengatasi pengangguran tidak hanya menyalurkan tenaga kerja ke perusahaan. Tapi juga memanfaatkan peluang-peluang usaha” ujarnya

Baca Juga:  Pembangunan RSUD Bogor Utara Molor dari Target, Anggota DPRD Jabar Kecewa Berat

Dikatakan, permasalahan pengangguran tidak hanya menjadi urusan Disnakertrans Karawang tapi juga sudah menjadi tugas bersama sebab mengatasi pengangguran tidak hanya menyalurkan tenaga kerja ke perusahaan.

Sementara itu, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Karawang menyatakan sejumlah perusahaan manufaktur yang akan berinvestasi di Karawang akan mengutamakan penggunaan teknologi robot.

Kepala DPMPTSP setempat Dedi Achdiat menyebutkan kalau investasi industri di Karawang dipastikan akan tetap bergeliat di tengah tingginya Upah Minimum Kabupaten (UMK) Karawang 2020 yang mencapai Rp4.594.324.

Baca Juga:  Ingat! Pelanggar Prokes di Garut Akan Kembali Disanksi

“Tapi sektor industri di Karawang nantinya akan beralih. Dari sebelumnya sektor industri padat karya atau tekstil sandang kulit (TSK), menjadi industri manufaktur yang cenderung mengaplikasikan tenaga mesin.” ujar Dedi Achdiat. (Ara)

Tinggalkan Balasan