BPBD: Status Waspada Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Cianjur Diperpanjang

JABARNEWS | CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, memperpanjang status waspada gelombang tinggi di wilayah selatan Cianjur, sebagai upaya menghindari hal yang tidak diinginkan termasuk korban jiwa.

Sekretaris BPBD Cianjur, Irfan Sopyan mengatakan hingga saat ini, gelombang tinggi disertai abrasi melanda sebagian besar pantai selatan Cianjur, sehingga mengancam warung dan perkampungan warga.

“Laporan sepekan terakhir, puluhan perahu nelayan rusak dan belasan lainnya hilang terbawa gelombang. Bahkan belasan warung pinggir pantai dan puluhan rumah warga di Pantai Apra terancam abrasi,” kata Irfan Sopyan dilansir dari Antara, Senin (16/8/2021).

Baca Juga:  Kapolres Purwakarta Berlebaran Idul Fitri Bersama Anak Yatim & Masyarakat

Sehingga pihaknya menyiagakan ratusan relawan di 80 desa yang terdapat di sepanjang pantai selatan Cianjur, dimana mereka diminta untuk memantau kondisi gelombang dan segera mengevakuasi warga jika gelombang sampai ke perkampungan.

Bahkan warga di perkampungan di wilayah Sindangbarang, diimbau untuk siaga dan segera mengungsi jika gelombang tinggi dan mengancam keselamatan warga terutama pada malam menjelang karena berdasarkan laporan dan pantauan gelombang mencapai belasan meter.

Baca Juga:  PEI Akan Gelar Seminar Public Speaking Bersama Duta Muda PBB Asal Purwakarta

“Kita imbau relawan dan warga untuk siaga, segera mengungsi karena laporan hari ini, gelombang dapat mencapai belasan meter ketika malam menjelang. Sedangkan pemilik warung pinggir pantai dan nelayan, sudah diminta untuk tidak mendekati pantai,” katanya.

Sementara warga di Pantai Apra, Kecamatan Sindangbarang, memilih untuk menjauhi pantai karena abrasi yang terus meluas. Bahkan belasan warung rusak berat dan terbawa gelombang ketika malam menjelang.

“Sekitar 40 warung pinggir pantai dibongkar sendiri pemiliknya karena takut rusak dihantam gelombang. Termasuk dua warung milik saya dan anak yang menghadap ke pantai,” kata Rohimah (38) pemilik warung pinggir pantai.

Baca Juga:  Inilah Logo Baru Hari Jadi ke 209 Kota Bandung

Ia menambahkan, menjelang malam, dia dan empat orang anaknya terpaksa mengungsi ke rumah saudara yang jauh dari pantai, untuk menghindari gelombang sampai menghantam perkampungan yang terpisah beberapa ratus meter dari bibir pantai.

“Untuk antisipasi kami memilih untuk mengungsi sampai gelombang kembali normal,” katanya diamini belasan warga lainnya. (Red)