Kisah Suropah Penjual Nasi Uduk di Purwakarta: Merajut Asa untuk Membiayai Tiga Keluarganya yang Sakit Parah

JABARNEWS | PURWAKARTA – Suropah (45) seorang ibu yang berjuang untuk membiayai tiga anggota keluarganya yang sakit dengan berjualan nasi uduk.

Suropah tinggal di Gg Aster 3 Rt 14 Rw 02 itu memulai aktivitas jualannya di malam hari pukul 9 malam di jalan Veteran kelurahan Nagri Tengah, Kabupaten Purwakarta.

Diantara beban yang harus ditanggung Suropah adalah Hidayat (50) sang suami yang keseharian sibuk seorang imam Masjid, dituturkan Suropah dengan santun bercerita mengalami sakit kelenjar leher.

Baca Juga: Optimistis Pulang Sebagai Juara Umum, Koni Jabar Targetkan 21 Persen Mendali Emas PON XX Papua

Sejak di vonis oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Suropah dihadapkan beberapa pilihan medis oleh dokter.

“Kata dokter, suami saya harus dioperasi agar sakit kelenjar lehernya sembuh, tapi itu bukan pilihan. Kata dokter pisik suami saya tidak akan kuat (bertahan hidup) jika harus menjalani operasi. Dan biayanya sangat besar, dan juga bukan pilihan kami, sebab kami tidak mampu membayar biaya operasi,” kata Suropah saat bercerita dengan tenang, seperti dalam keterangan yang diterima, Senin 4 Oktober 2021.

Kedua, usai dibuat tak berdaya saat bercerita pembiayaan sakit sang suami, Suropah juga harus dihadapkan situasi sulit serupa dengan waktu yang bersamaan. Pasalnya, Mujofar gadis mungil anak ketiganya yang kini berusia 6 tahun, juga harus merasakan sakit gagal ginjal atau fungsi ginjal yang tidak normal.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Kesehatan 19 Desember 2021: Gemini, Cancer dan Leo

Baca Juga: Tim Polo Air Putra Jabar Raih Medali Emas, Ridwan Kamil: Target Terpenuhi

“Sejak lahir Mujofar sehat dan tumbuh dengan normal hingga usianya masuk jelang tahun ke dua, tiba-tiba mujofar mengalami berat badan berlebih. Kemudian kedua bola matanya membiru, dibarengi perut yang membuncit. Saat diperiksa ke Dokter, kata Dokter anak saya Mujofar ginjalnya bocor,” ucap Suropah seraya mengatakan bahwa mungkin dirinya dan keluarganya sedang diuji oleh sang kholik.

Beruntung anak perempuannya yang kedua hidup sehat dan normal, dengan keuntungan berjualan nasi uduk. Suropah masih mampu membiayai anak keduanya bersekolah dan kini masuk jenjang sekolah SLTA di salah satu sekolah negri di Purwakarta.

Namun, ujian Suropah masih ada. Asep (nama samaran) anak sulung lelaki pertamanya, juga harus menjalani hidup dengan fisik kurang baik.

Baca Juga: Kecelakaan di Geopark Ciletuh Tewaskan 3 Orang, Penyintas: Semua Istighfar, Nyebut Allahu Akbar

Baca Juga:  Gawat! Medsos Picu Depresi Terbesar Bagi Kalangan Remaja

Asep harus menahan sakit dan gemetar pada salah satu jari-jari tangan kanannya, kondisi itu bermula saat Asep duduk dibangku sekolah SMK.

“Waktu itu Asep pulang sekolah naik angkot, dan di tengah jalan dicegat siswa sekolah lain. Dalam aksi tawuran waktu itu, Asep pulang ke rumah dengan kondisi tangan berdarah. Dan sampai hari ini kondisi tangannya tidak normal, mungkin gara-gara tawuran itu ada salah satu urat syaraf yang terputus,” lanjut Suropah.

Suropah menyampaikan, meski telah lulus dan memiliki ijazah SLTA. Asep tidak mungkin dan diterima bekerja sebagai buruh pabrik sekalipun dan kini hanya membantu Suropah berjualan nasi uduk.

Baca Juga: Selamatkan Kakaknya, Ganjar Tewas Usai Terpeleset dan Tiga Jam di Sumur

Sebuah rumah berdempetan dengan masjid tempat Hidayat aktif sebagai imam masjid, Suropah tinggal bersama keluarganya disalah satu rumah milik warga yang secara cuma cuma memberikan kepada Suropah untung ditinggali. 

Memulai hidup dan merantau dari Tasikmalaya kota asal kelahiran sejak 2008 silam, Suropah dan sang suami mengaku telah berdomisili dan memiliki KTP juga Kartu Keluarga sebagai warga Purwakarta.

Namun, ujian itu diceritakan Suropah, bermula sejak 2016 silam saat Dodo nama sapaan akrab Mujofar. Nama Dodo waktu itu disematkan karena perawakan Dodo yang gemuk dan riang, namun hal itu berubah drastis.

Baca Juga:  Jelang Lebaran, Rupiah dan IHSG Jumat Pagi Menguat

Baca Juga: Lima Remaja Tenggelam di Waduk Cirata, Seorang Hilang Belum Ditemukan

Dibawah kaki meja gerobak tempat Suropah menjajakan nasi uduk, Dodo terlihat tergeletak terlentang tertidur pulas, dan perut buncit itu nampak jelas memunjul diatas trotoar yang dingin.

“Kami pasrah, kami ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah SWT kepada kami. Kami hanya berdoa agar ujian ini bisa segera kami lalui,” ucapnya.

Ditanya apa keinginan Suropah, dirinya hanya berharap selain Tuhan segera memberikan kesehatan pada keluarganya. Suropah berharap bisa berjualan disiang hari agar tidak harus membawa putri kecilnya keluar dimalam hari.

Baca Juga: Kebakaran Hebat di Cimahi Hanguskan 31 Taksi, Polisi Tetapkan Seorang Tersangka

“Ya saya terpaksa berjualan malam hari, selain harus menunggu toko tutup agar bisa menyimpan gerobak. Harus berjualan dimana lagi, jangankan sewa toko, alhamdillah rumah tinggal kami tidak harus bayar sebab sang suami bisa mengurus masjid,” pungkasnya. (Red)