“Ketika hujan deras turun dalam waktu lama, lapisan atas menjadi jenuh air. Tekanan dari atas tidak bisa tertahan oleh lapisan lempung di bawahnya yang licin. Akibatnya, terjadi pergeseran tanah,” kata Iqbal di lokasi, Senin, 16 Juni 2025.
Tim PVMBG telah melakukan pemetaan morfologi, pemantauan visual menggunakan drone, serta pengecekan lapisan tanah dan batuan dengan penggalian dangkal.
Dalam kajian tersebut, tim juga menandai batas area terdampak hingga ke bagian atas zona patahan tanah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, PVMBG menilai bahwa aktivitas manusia seperti perubahan penggunaan lahan ataupun getaran dari jalan tol Cipularang tidak memiliki kontribusi signifikan terhadap bencana ini.