Ia memberi contoh bahwa pembangunan jalan bisa lebih panjang jika melibatkan partisipasi dan gotong royong masyarakat.
“Dengan APBD Rp1 miliar, jalan hanya satu kilometer. Tapi dengan rekayasa sosial, bisa sepuluh kilometer. Ada partisipasi masyarakat, itu inovasi,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa menggerakkan masyarakat di masa kini bukan hal mudah. Namun, pendekatan inovatif yang mengedepankan kolaborasi antara masyarakat, pengusaha, dan pemerintah, menjadi kunci dalam mempercepat pembangunan.
Lebih lanjut, Herman berharap inovasi-inovasi yang dilahirkan melalui KIJB 2025 mampu memperbaiki indikator makro pembangunan serta berkontribusi nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Yang penting, inovasi itu harus berdampak. Bukan hanya sekadar canggih, tapi mampu mempercepat terwujudnya Jawa Barat yang Istimewa,” pungkasnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News