Dr. Herlina : Ini Solusi Atasi Krisis Air dan Pengolahan Sampah di Bandung

Dr. Herlina : Ini Solusi Atasi Krisis Air dan Pengolahan Sampah di Bandung
Dr. Herlina Agustin mengusulkan solusi konkret untuk mengatasi krisis air dan pengelolaan sampah di Bandung, dengan fokus pada penggunaan air daur ulang dan peningkatan ruang terbuka hijau

 

JABARNEWS | BANDUNG – Kota Bandung menghadapi krisis air dan masalah sampah yang semakin mendalam. Pada 7 November 2024, Komisi C DPRD Kota Bandung mengundang Dr. Herlina Agustin dari Universitas Padjadjaran untuk mencari solusi. Herlina mengusulkan penggunaan air daur ulang di kantor-kantor serta peningkatan filterisasi air. Ia juga menekankan perlunya menambah ruang terbuka hijau untuk menyerap air, mengingat penurunan tanah yang memperburuk krisis air.

Krisis Air: Penurunan Tanah dan Kekurangan Ruang Terbuka Hijau

Bandung menghadapi penurunan tanah (land subsidence) yang semakin parah. Herlina mencatat penurunan tanah antara 5 hingga 20 sentimeter per tahun, dengan Gedebage mengalami penurunan 8-10 sentimeter per tahun. Hal ini berisiko mengurangi ketersediaan air tanah. Selain itu, konversi ruang terbuka hijau di Bandung utara memperburuk masalah resapan air. “Kota Bandung perlu menambah lima ribu hektare ruang terbuka hijau,” ujar Herlina.

Baca Juga:  Satu Orang Positif Covid-19, Dinkes Cirebon Minta Seluruh Anggota DPRD di Swab

Pemanfaatan Air Daur Ulang dan Edukasi Lingkungan

Herlina mengusulkan agar setiap kantor menggunakan air daur ulang. Ia menekankan pentingnya filterisasi air untuk mengurangi konsumsi air berlebih. “Setiap kantor perlu ada untuk mengurangi pemakaian air berlebih,” tegasnya. Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran melalui edukasi lingkungan. Masyarakat perlu memahami cara mengelola sampah dan menghemat air.

Baca Juga:  Berikut Empat Syarat Dan Ketentuan Untuk Mengqodho Sholat Fardhu

Pengelolaan Sampah yang Masih Terbatas

Masalah sampah juga menjadi perhatian utama. Herlina menyebut pertumbuhan penduduk dan budaya konsumtif sekali pakai sebagai faktor penyebab utama. “Industri harus bertanggung jawab atas produk dan kemasan yang memicu sampah,” tambahnya. Pemilahan sampah masih sulit dilakukan karena rendahnya kesadaran lingkungan dan terbatasnya fasilitas pengelolaan sampah. TPA Sarimukti kini sudah melebihi kapasitas, memperburuk situasi.

Kolaborasi Antar Pihak

Andri Rusmana, anggota Komisi C DPRD, mengkritik kurangnya koordinasi antar daerah. Ia menyoroti bahwa Kota Bandung belum memiliki rencana induk drainase yang terintegrasi. “Lingkungan, banjir, dan sampah tidak bisa diselesaikan oleh satu dinas saja. Semua pihak harus bekerja sama,” katanya. Nunung Nurasiah juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk mengatasi masalah ini.

Baca Juga:  Pemkot Bandung Bagikan Seribu Lebih Paket Buka Puasa

Bandung yang Lebih Hijau dan Berkelanjutan

Herlin dan anggota DPRD setuju bahwa solusi ini memerlukan kerjasama semua pihak. Masyarakat, pemerintah, dan industri harus bersama-sama mengelola sampah dan air. Hanya dengan kolaborasi dan kebijakan yang tepat, Bandung bisa menghadapi tantangan lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.(red)