Tingginya Perceraian Di Sumedang Karena Banyak Faktor, Ini Di Antaranya

JABARNEWS | SUMEDANG – Tingginya angka perceraian di Kabupaten Sumedang disebabkan banyak faktor. Di antaranya karena tidak adanya persiapan pernikahan yang baik.

Psikolog Ayuna Haziza, S. Psi mengatakan, faktor tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian. Khususnya yang terjadi pada pasangan muda.

“Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian. Misalnya karena kurang konsultasi pranikah, harapan tentang pernikahan yang tidak realistis. Ada juga karena niat awalnya yang salah, seperti karena gengsi, hamil duluan, paksaan dan lain-lain,” ujarnya seperti dikuti ruber.id.

Baca Juga:  Teror Kobra di Citayam, Warga Temukan Pulahan Anak Ular

Di samping itu, kata Ayuna, perceraian juga terjadi karena masing-masing pihak tidak mampu dan tidak mau mempertahankan komitmen awal pernikahan mereka.

“Keduanya keukeuh saling mempertahankan ego masing-masing. Lalu hilangnya ikatan emosional antara suami istri. Sehingga akhirnya terjadi pola komunikasi yang tidak benar. Sehingga, menyebabkan kekakuan, ketidaknyamanan dan kehambaran rumah tangga,” tutur psikolog yang juga kerap menangani kasus perceraian di beberapa instansi pemerintahan maupun individual ini.

Sementara, kata Ayuna, dampak dari perceraian tersebut kedua pasangan akan menyandang status janda maupun duda dalam kehidupan bermasyarakat.

Baca Juga:  PT KAI Beri Edukasi ke Pelajar SD di Garut

Akan tetapi, kata Ayuna, lain dulu lain sekarang. Jika dahulu status janda merupakan sebuah aib yang memalukan, saat ini status tersebut sudah terkesan seperti status sosial yang biasa saja.

“Sebetulnya tidak ada yang mau menjadi janda, entah karena perceraian atau kematian. Tidak ada yang salah juga dengan menjadi janda. Yang salah itu adalah mereka yang tidak bisa menjaga diri, merasa bebas tanpa ikatan, hingga tebar pesona ke sana sini. Hingga akhirnya, mencemari janda lain yang tidak seperti mereka,” ucapnya.

Baca Juga:  Ridwan Kamil Ingatkan Semua Pemangku Kepentingan untuk Jaga Kondusifitas di Pemilu 2024

Akan tetapi, lanjut Ayuna, di zaman sekarang ini, dengan adanya kesetaraan gender, wanita justru jadi tampak lebih mandiri dan lebih kuat. Sehingga banyak dari mereka yang tidak menikah lagi karena sudah mandiri dan mapan.

“Tapi ada juga yang menganggap status janda itu berat dan malu karena mereka terlalu memusingkan omongan orang lain yang takut dianggap negatif.”

“Padahal sebetulnya, kualitas dan derajat manusia bukan pada penilaian orang lain, melainkan pada penilaian Tuhan-nya,” katanya. (Abh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat