“Kami berkomitmen memberikan fasilitas terbaik bagi seluruh calon mahasiswa, termasuk peserta berkebutuhan khusus. Karena pendidikan adalah hak semua orang. UIN Bandung akan terus menjadi kampus yang ramah, inklusif, moderat dan memberikan kesempatan adil bagi siapa pun untuk menuntut ilmu,” tegasnya.
Meskipun Ananda tidak memilih program studi di UIN Bandung, pihak kampus tetap mendukung sepenuhnya upaya setiap peserta dalam menempuh pendidikan tinggi, selaras dengan nilai-nilai Islam yang mengedepankan keadilan (‘adl), tanggung jawab (khilafah), dan kasih sayang (rahmah). Filosofi inilah yang menjadi pondasi PTKIN dalam membangun kampus ramah difabel.
“PTKIN tidak boleh menutup diri dari siapa pun yang ingin belajar. Justru sebagai institusi pendidikan Islam, kita harus menjadi teladan dalam keberpihakan kepada kelompok rentan, termasuk difabel. Kampus kita adalah rumah bersama,” ujar Rosihon.
Pelaksanaan SSE UM-PTKIN 2025 di UIN Bandung diikuti oleh 5.334 peserta, terbagi dalam 14 sesi selama lima hari, mulai 10 hingga 15 Juni 2025. Dari total tersebut, tercatat sembilan peserta difabel; empat di antaranya terverifikasi, empat tidak valid, dan satu belum memberikan konfirmasi.(red)