Warisan Turun-temurun Manisnya Gula Aren, Terkendala Pemasaran

JABARNEWS | PURWAKARTA – Masih didominasi perkebunan, di wilayah Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta masih terdapat banyak terdapat pohon aren menjulang tinggi yang tidak disia-siakan warga sekitar menjadikan nilai ekonomi.

Selain buahnya diproduksi menjadi kolang kaling, air pohon aren pun dapat diolah menghasilkan nilai ekonomi. Sejak turun temurun sebagaian warga di Desa tersebut memang sudah menekuni pembuatan gula aren.

Seperti, Ujang Aeful (47) salah seorang pembuat gula aren. Dirinya mengaku sudah sejak lama mengolah air pohon aren merupakan profesi turun temurun dari nenek moyang terdahulu.

“Saya membuat gula aren sejak kecil, awalnya belajar dari orangtua kemudian memulai produksi sendiri sampai sekarang, dijadikan gula kemudian dijual,” ungkap Ujang, Minggu (12/7/2020).

Baca Juga:  Timnas Indonesia Kalahkan Kuwait, Berikut Klasemen Kualifikasi Piala Asia 2023

Setiap hari, Ujang membuat gula aren dengan terlebih dahulu mencari bahan bakunya, yakni air dari pohon aren. Pohon-pohon aren yang menjulang tinggi satu per satu dia panjat dan diambil airnya.

Dalam sehari, Ujang minimal mendapatkan sekitar 10 liter air atau maksimalnya 120 liter air. Ujang menceritakan proses pembuatan gula aren ini bisa memakan waktu hingga 4 atau 5 jam.

“Sehari itu saya membuat gula aren ini ya tergantung dari lahangnya banyak atau tidak dari pohon aren. Sebab, setiap pohon itu berbeda-beda volume airnya,” ungkapnya.

Dalam pembuatan gula aren, bukan berarti Ujang tak menemui kendala. Dia mengaku sering terkendala dalam hal pemasaran dan sulit juga kayu bakar yang memang minim.

Baca Juga:  Soal Klaster Keluarga di Kota Bogor, Bima Arya: Dua Pekan Terakhir Melonjak

“Masalah penjualannya itu sulit karena gak ada pemasarannya di mana, ditambah acara-acara undangan hajatan gak ada jadi sepi. Tapi, kalau puasa ramai pesanan gula itu,” katanya.

Kalau masalah kayu bakar, Ia mengeluh seringkali kehabisan kayu bakar. Kalaupun mesti membeli, kata Ujang, perlu merogok kocek Rp 100 ribu per 3 ikat kayu bakar.

“Biasanya ya saya pakai kayu bakar dari kebun sendiri. Tapi, ketika habis ya terpaksa mesti beli,” imbuhnya.

Satu gandu gula aren, Ujang menjual seharga Rp 10 ribu. Sehari saat membuat gula aren dari 26 liter air, lanjut Ujang, bisa hanya menghasilkan 4 gandu gula.

Baca Juga:  Pemadaman Listrik Hari Ini Terjadi di Lima Wilayah Jabar, Cek Waktunya!

“Kami sangatlah berharap pada peran serta aparat desa atau pemerintah daerah untuk dapat memperhatikan para pembuat gula aren ini,” harapnya.

Terpisah, Kepala Desa Pasir Munjul, Hilman Nurzaman menanggapi terkait keluhan dari pembuat gula aren terutama masalah pemasarannya.

Menurut Hilman, pihak desa telah berupaya berkoordinasi dengan balai latihan kerja (BLK) untuk menyambungkannya agar gula aren ini menjadi ikon yang bisa muncul di wilayah Pasir Munjul.

“Kami mencoba bekerjasama melalui BUMDes terkait gula aren untuk dapat diperjualbelikan ke lintas daerah bukan hanya seputar Purwakarta,” ujarnya. (Gin)