Yuk Kenalan Dengan Muhammad Yusuf, Pencetus Alat Rapid Test 2.0

JABARNEWS | BANDUNG – Rapid test kini menjadi alat yang paling dicari dan banyak digunakan di dunia medis. Alat ini mampu mendeteksi apakah seseorang positif terjangkit Coronavirus hanya dalam 5 menit. Rapid Test juga diklaim sebagai yang tercepat di dunia dan telah disetujui pemakaiannya oleh pihak berwenang.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memperkenalkan dua alat tes COVID-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR), di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis 14 Mei 2020.

Menurut Kang Emil, demikian sapaan akrabnya Rapid Test 2.0 memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding alat rapid tes sebelumnya. Akurasi Rapid Test 2.0, kata ia, mencapai 80 persen.

“Ini karena Rapid Test 2.0 tidak menguji sampel darah, tetapi swab. Selain itu bisa dijual dengan harga yang lebih murah,” kata Kang Emil.

Alat Rapid Test 2.0 ini tidak menggunakan sampel darah, melainkan menggunakan swab atau cairan tubuh pasien untuk mendeteksi Covid-19. Jauh lebih murah dibanding perangkat rapid test sebelumnya seharga Rp300.000, alat baru ini bisa dibeli dengan biaya paling mahal Rp120.000.

Baca Juga:  Yuk, Berkunjung Virtual Ke Museum Polri

“Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya ketemu,” ucapnya.

Tahap pertama pada Juni 2020, alat tersebut akan diproduksi sebanyak 5.000 oleh industri biotek di Jabar. Tahap selanjutnya, perangkat ini akan diproduksi sebanyak 50.000.

“Hadirnya berbagai alat tes medis buatan lokal ini menunjukkan bangsa kita bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri. Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya, karena dalam perang melawan Covid-19 ini, ada yang bela negara dengan garis depan yaitu tenaga medis, harta, tenaga dan lainnya,” ujar Emil saat memperkenalkan alat baru itu di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis (14/5/2020).

Sementara itu, Ketua Tim Riset Diagnostik Covid-19 Unpad, Muhammad Yusuf sempat menjelaskan, Rapid Test 2.0 merupakan alat rapid test yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan virus (antigen) dalam tubuh. Dengan keunggulan harga jauh lebih murah, hasil akurat, mudah digunakan, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.

Baca Juga:  Belanja Pasar Cikurubuk Online Belum Familiar Dikalangan Masyarakat Kecil

“Unpad bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra yang berkomitmen memproduksi antibodi sebagai salah satu komponen utamanya. Juga PT Pakar Biomedika Indonesia yang telah memiliki kapasitas, pengalaman dan izin produksi rapid tes di dalam negeri,” terangnya.

Pencetus Rapid Test 2.0 Muhammad Yusuf, yang sempat disebut-sebut namanya oleh Ridwan Kamil, adalah pria kelahiran Bandung, 24 Mei 1984. Kini, ia mengajar sebagai dosen senior di Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan IPA (MIPA), Universitas Padjadjaran.

Dikutip dari riwayat pendidikannya, ia mengenyam sarjana (S1) di Program Studi Kimia, Universitas Padjadjaran pada 2002 – 2006. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S2 Biokemistri di Universitas Padjadjaran pada 2007 – 2009. Pada 2010 hingga 2015, ia terbang ke negeri jiran untuk menempuh S3, mendalami Ilmu Farmasi (Pharmaceutical Science) di Universiti Sains Malaysia.

Baca Juga:  Dua Petugas Puskemas Naringgul Reaktif Covid-19, Ini Kata Kapus

Muhammad Yusuf sukses menggaet empat penghargaan ternama. Tak lain Best Oral Presentation, Bandung International Biomolecular Medicine Conference 2018 di Universitas Padjadjaran (2018), Best Oral Presentation, Bandung International Biomolecular Medicine Conference 2016 di Universitas Padjadjaran (2016), Dosen Terbaik di Fakultas dari FMIPA Universitas Padjadjaran (2016) dan Best Oral Presentation, Bandung International Biomolecular Medicine Conference 2014 dari Rektor Universitas Padjadjaran (2014).

Ilmu miliknya pun tak segan ia tuangkan dalam buku Encyclopedia of Bioinformatics and Computational Biology, Volume 2: Structure-Based Drug Design Workflow, and Introduction of Docking-Based Virtual Screening Workflow Using Desktop Personal Computer yang terbit pada 2019 dan Teori dan Praktek Penambatan Molekul (Molecular Docking) terbit pada 2018.

Tak sedikit pengalaman penelitian, publikasi jurnal, serta aktivitas sosial yang telah dijalaninya. Kini, nama Muhammad Yusuf harum karena ilmunya berguna bagi tanah air yang tengah dilanda pandemi Covid-19. (Red)