JABARNEWS | BANDUNG – Diantara kita mungkin makan menjadai salah satu pelariannya ketika pikiran penuh dengan tekanan. Jika anda melakukan itu, artinya anda sedang mengalami stress eating.
Menurut Tara de Thouars, BA, M. Psi, selaku psikolog klinis, ada beberapa gangguan makan yang sering dialami seseorang, mulai dari binge eating disorder, bulimia nervosa hingga eating disorder. Selain tiga gangguan tersebut, salah satu masalah yang paling umum terjadi adalah stress eating.
Saat seseorang mengalami stress eating, biasanya mereka akan mengalihkan perhatian dengan melahap segala makanan kesukaannya. Asupan yang anda konsumsi umumnya makanan rasa manis, berlemak dan berkalori tinggi. Kuantitasnya juga terbilang lebih banyak dari porsi pada umumnya. Bahkan, anda bisa makan ketika kondisi perut sedang tidak lapar sama sekali. Kondisi ini akan kembali normal jika pikiran sudah kembali membaik seperti semula.
Ketika anda stres, maka tubuh akan memproduksi hormon kortisol yang berperan meningkatkan nafsu makan. Keadaan inilah yang membuat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya untuk melahap segala jenis asupan kesukaannya, atau makanan yang ia lihat di depan matanya.
Pada saat stres, maka tubuh akan menghasilkan hormon glukokortikoid. Zat tersebut dapat memengaruhi metabolisme nutrisi yang mampu mengubah protein menjadi glukosa. Perubahan dan kenaikan hormon ini mampu mengubah sistem metabolisme di dalam tubuh yang membuat Anda terus merasakan lapar dalam jangka panjang.
Kondisi ini sebenarnya sangat wajar, namun jika berangsur secara terus menerus maka potensi menderita obesitas menjadi lebih besar. Sebaiknya, mulailah mencari cara lain untuk mengalihkan stres, seperti pergi dengan teman, berlibur, memanjakan diri atau mengalihkan asupan ke camilan sehat supaya terhindar dari penyakit kronis. (Fin)
Sumber berita ini diambil dari glitzmedia.co
Jabarnews | Berita Jawa Barat
