Terdampak PPKM, Destinasi Wisata di Purwakarta Ini Rumahkan 50 Persen Pegawainya

JABARNEWS | PURWAKARTA – Dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat maupun level 4, Destinasi wisata Hidden Valley Hills Kabupaten Purwakarta terpaksa merumahkan 50 persen karyawannya.

Operation Manager destinasi wisata Hidden Valley Hills Kabupaten Purwakarta, M. Candra Turmudzi mengatakan, hampir 50 persen karyawannya dirumahkan, hal itu dilakukan untuk memangkas pengeluaran

“Destinasi wisata masih belum diizinkan buka, artinya tidak ada pemasukan, jadi untuk memangkas pengeluaran kita terpaksa merumahkan 15 dari 30 karyawan,” ujar Candra, pada Jumat (6/8/2021).

Baca Juga:  Jadi Tempat Ngabuburit, Masjid Bambu di Tengah Kota Cirebon Terlihat Sangat Sejuk

Dia menjelaskan, sistem pembagian karyawan dibagi-bagi setiap minggu atau bulannya. Bagi karyawan yang kebagian dirumahkan otomatis tidak menerima upah kerja.

“Masih ada karyawan yang masuk karena hotel masih diizinkan buka meski 50 persen,” ucap Candra.

Sebelum kebijakan ini diberlakukan pengelola wisata memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada para karyawan.

“Mereka (karyawan.red) menerima meski berat,” ucap Candra.

Baca Juga:  Legok Nangka Belum Bisa Dioperasikan, Pemprov Jabar Kembali Perpanjang TPA Sarimukti

Dia menyebut destinasi wisata bisa gulung tikar jika tidak ada solusi dari pemerintah di tengah kebijakan ini, karena pengeluaran tetap ada sementara pemasukan minim.

“Jika gulung tikar otomatis karyawan juga putus kerja,” kata dia.

Hidden Valley Hills berlokasi di Desa Cibodas, Kecamatan Sukatani itu merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Purwakarta.

Hidden Valley Hills menawarkan pemandangan alam indah yang dapat dinikmati di atas ketinggian 362 MDPL. Cocok gemar berswafoto. Di sana juga terdapat kolam renang dan penginapan dengan harga beragam.

Baca Juga:  PPKM Darurat Diterapkan, Dandim 0619: Purwakarta Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Sebelum merebak wabah virus corona, destinasi wisata ini mampu menyedot perhatian wisatawan baik dalam maupun luar kota, tak pernah sepi setiap minggunya.

“Kalau dulu rame sekitar 200 wisatawan per hari ada, setelah ada corona terjun payung, apalagi sekarang tutup, otomatis tak ada pendapatan,” tutur Candra. (Gin)