Sejumlah lokasi telah dipertimbangkan sebagai tempat pembinaan, meskipun belum menjangkau seluruh wilayah di Jawa Barat.
Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan bahwa siswa yang akan mengikuti program pembinaan akan ditentukan melalui kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua.
Prioritas akan diberikan kepada siswa yang terlibat aksi tawuran, bergabung dalam kelompok motor liar, atau tidak lagi mampu dibina secara etika oleh keluarganya.
“Seleksi peserta akan disesuaikan dengan kriteria yang sudah dirumuskan Pemprov Jabar, tentunya tetap melibatkan persetujuan orang tua,” tambahnya.