Berikut Jenis-jenis Bahan Kulit Yang Biasa Dijadikan Jaket

JABARNEWS | BANDUNG – Jaket kulit merupakan salah satu pakaian luar atau rangkap yang terbuat dari kulit hewan, dan biasa digunakan oleh pria pada tahun 1900 an untuk menjaga tubuh agar tetap hangat meski cuaca sedang dingin.

Pada tahun tersebut biasanya jaket kulit digunakan oleh para militer atau angkatan udara untuk melindungi dari terpaan angin yang kuat. Di masa perang dunia ke-2, jaket ini dikenal sebagai sebutan bomber yang sangat berguna untuk keperluan militer pada saat itu.

Baca Juga:  Kapolres Purwakarta Bantu Korban Kecelakaan di Tol Purbaleunyi

Dengan menggunakan jaket kulit, kalian akan lebih terlihat klasik dan retro. Dilansir dari beberapa sumber berikut berbagai jenis kulit hewan yang digunakan bahan pembuatan jaket:

Pertama. Kulit Domba – Jaket kulit dengan bahan baku kulit domba, biasanya paling sering kita jumpai di Indonesia terutama di salah satu tempat dari Jawa Barat yaitu Garut. Jaket jenis ini biasanya memiliki pori-pori yang lebih kecil.

Baca Juga:  Viral Video Pemuda Menghujat Polisi

Kedua. Kulit Kambing – Memiliki warna yang agak kusam dan kurang lentur. Memiliki bagian pori-pori yang agak besar, serta masih menyisakan sedikit bau khas ketika sudah menjadi jaket. Biasanya kulit satu ini akan banyak sekali kaitannya dengan jaket.

Hal tersebut karena kulit kambing cenderung lebih sedikit. Tentu saja itu yang menjadi perbedanan yang cukup mudah kita ketahui dengan jaket kulit yang terbuat dari kulit domba.

Baca Juga:  Melalui Polisi Sahabat Anak, Polres Purwakarta Tanamkan Disiplin Sejak Dini

Ketiga. Jaket kulit Sapi – Memiliki warna yang agak kusam dan tekstur yang kaku. Biasanya terdapat garis yang memanjang. Selain itu juga memiliki pori-pori yang cukup besar bila dibandingkan dengan kulit domba.

Keempat. Kulit artificial. Keindahannya terletak pada proses penyelesaian akhir. Karena diberi motif tertentu seperti buaya, biawak, ular, kulit jeruk dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk menutupi cacat baik secara mekanis maupun alami.

Penulis: Muhammad Amaludin