Kim menambahkan, banyak pekerja yang mengalami penghentian hubungan kerja akibat kontrak berakhir, namun kemudian kembali diperpanjang atau direkrut ulang oleh perusahaan.
Oleh karena itu, lonjakan angka dalam laporan tidak selalu mencerminkan gelombang PHK permanen yang terjadi di Jawa Barat.
Meskipun demikian, Pemprov Jabar mengakui adanya tekanan nyata yang memicu PHK murni pada sektor-sektor tertentu, khususnya industri padat karya dan tekstil, yang disebabkan sejumlah faktor eksernal.
“PHK di industri tekstil terjadi akibat sejumlah faktor, antara lain maraknya impor pakaian bekas ilegal, lambatnya regenerasi mesin dan teknologi yang membuat industri kurang produktif dan kalah bersaing dengan produk luar negeri, serta adanya kesulitan pasokan bahan baku.” katanya
Sementara di sektor manufactur, Kim menilai kondisi global yang melemah dan penurunan konsumsi masyarakat juga memberikan dampak yang cukup signifikan.





