“Berpikir tentang Siliwangi bukan berarti kembali pada abad kerajaan. Tapi kita bisa membangun masa depan dengan filosofi dasar leluhur kita, yaitu spirit silih asah, silih asih, silih asuh,” tuturnya.
KDM juga menyoroti pentingnya penerapan nilai-nilai Panca Waluya sebagai dasar pembentukan karakter manusia Sunda. Nilai-nilai seperti nulung kanu butuh, nalang kanu susah, nganteur kanu sieun, nyaangan kanu poekeun, serta deudeuhan, welasan, jeung asihan harus menjadi orientasi pendidikan dan pengetahuan di Jawa Barat.
Ia mengkritisi kecenderungan dunia pendidikan yang terlalu bergantung pada filsafat Barat tanpa menyesuaikannya dengan realitas sosial dan budaya lokal.
“Kita selalu bergulat pada filosofi Prancis, Yunani, atau Romawi, padahal mereka belum pernah hidup jadi Ketua RT di sini,” ucapnya disambut tawa hadirin.
Lebih lanjut, KDM menyebut UPI sebagai miniatur negara yang memiliki potensi melahirkan generasi berkarakter lengkap melalui penerapan nilai-nilai Panca Waluya.