Dedi memaparkan bahwa skema bank emok sangat memberatkan warga. Pinjaman Rp1 juta hanya diterima Rp900 ribu, karena Rp100 ribu langsung dipotong sebagai biaya administrasi. Selanjutnya, warga harus membayar cicilan harian dengan bunga mencapai 10–20 persen.
“Kadang-kadang kalau kepepet ya 15-20 persen juga diberikan kalau kepepet ya. Dan itu bergulir itu terus dan kemudian nanti biasanya warga ini ketika di bank emok dia enggak kebayar, dia bayar lewat bank keliling. Ketika bank keliling enggak kebayar dia bayang lewat bank MBK. Jadi muter sebenarnya,” kata Dedi.
Melihat kondisi tersebut, Dedi mengusulkan skema pinjaman di Bank bjb dengan bunga hanya satu persen. Sisa bunga empat persen akan disubsidi oleh Pemprov Jabar menggunakan APBD.
“Kalau umumnya bunga misalnya 5 persen sehingga mereka nanti menjadi 1 persen. Yang 4 persennya nanti disubsidi lewat bedeng APBD,” jelasnya.
Ia juga mengatakan program pinjaman bunga satu persen ini akan difokuskan terlebih dahulu di beberapa desa dalam satu kecamatan sebagai pilot project.