“Peuting Panineungan berarti malam kenangan. Kami ingin masyarakat mengingat dan mencintai kembali budaya Sunda. Ini bagian dari komitmen kami mewariskan budaya leluhur dan memperkuat jati diri,” kata Abah Dadan usai kegiatan.
Ia menegaskan bahwa seni budaya bukan sekadar hiburan, tapi fondasi penting dalam menjaga identitas di tengah derasnya arus globalisasi.
“Budaya adalah jangkar yang kokoh. Tanpa itu, identitas lokal bisa hilang. Seni budaya Sunda harus kita rawat bersama,” tambahnya.
Melihat antusiasme masyarakat, terutama anak muda, Abah Dadan optimis bahwa seni tradisi Sunda masih memiliki tempat di hati publik.
“Alhamdulillah, antusiasmenya tinggi. Ini menandakan seni budaya Sunda tumbuh subur, bahkan di kalangan generasi muda,” ujarnya.
