Dedi menyoroti bahwa peredaran uang dari rentenir tersebut sangat terorganisir dan menyusup lewat komunitas ibu-ibu di tingkat RT, yang kemudian menjadi penghubung utama transaksi pinjaman ilegal berbunga tinggi.
“Mereka adalah kaki tangan dari peredaran uang gelap itu,” ungkapnya.
Situasi menjadi semakin rumit ketika bantuan sosial pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), tidak dijadikan modal produktif, melainkan habis untuk melunasi utang.
“Duit PKH dipakai buat bayar bank emok, muncul lagi lewat bantuan ekonomi pinjaman modal, uangnya akan selalu habis,” kata Dedi, yang akrab disapa KDM.
Menurutnya, kondisi ini bukan semata karena negara lalai. Pemerintah sudah mengucurkan triliunan rupiah dalam bentuk stimulus dan bansos. Namun, mentalitas konsumtif dan hilangnya etos kerja menjadi penyebab utama ketergantungan di kelas menengah bawah.





