Seluruh Kepsek SMP Di Garut Siap Deklarasi Anti LGBT

JABARNEWS | GARUT – Berbagai problematika sosial yang berkaitan dengan moral di Garut paling sering menjadi sorotan media nasional.

Diakui Ketua Kerukunan Tatar Sunda Provinsi Jawa Barat Ceng Nasir sekaligus Staf Khusus Kudubes RI Yudi Chrisnandi, tentu ini harus menjadi penyadaran untuk kita semua.

Banyaknya unsur yang melatarbelakangi termasuk kemiskinan, pengangguran, lingkungan yang tidak baik dan dorongan lainnya membentuk perilaku amoralis, termasuk yang sedang hangat sekarang yaitu LGBT serta tingginya penderita HIV di Garut.

Katanya berbagai faktor dimungkinkan menjadi latar belakang terjadinya amoralis, diantaranya, faktor Lingkungan, dan faktor keluarga menjadi yang utama.

Karena itu sangat tepat bila Disdik mengundang semua pihak dalam menyelesaikan persoalan LGBT.

Baca Juga:  Klaster Baru Muncul di Garut, 79 Nakes RS Swasta Positif Covid-19

“Persoalan LGBT di Garut khususnya bukanlah hal yang baru,” ujarnya Rabu (10/10) di Garut.

Merespon persoalan LGBT yang heboh di akun medsos akhir-akhir ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut mengambil langkah antisipatif terhadap persoalan itu.

“Ini sebagai fenomena luar biasa. Meski belum tentu kebenarannya, Disdik akan tentukan langkah antisipatifnya,” kata Plt Kadisdik Garut, Burdan Ali Junjunan, di ruang kerjanya, Rabu (10/10).

Ia menandaskan, pihaknya segera mengambil langkah cepat menyikapi masalah itu. Keberadaan lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tak boleh dibiarkan.

Diakuinya berdasarkan informasi di sejumlah media jumlahnya mencapai ribuan, namun sampai saat ini dirinya belum menerima laporan baik dari sekolah maupun orangtua siswa.

Baca Juga:  KPK Geledah Kantor dan Rumah Dirut BPR Indramayu

Oleh sebab itu, dibutuhkan data yang akurat agar bisa ditentukan langkah penanggulangannya.

“Langkah pertama, hari ini semua kepala sekolah SMP akan deklarasi penolakan LGBT. Kami juga mengundang orangtua untuk sosialisasikan masalah ini. Karena penyimpangan kelainan seksual ini harus ditanggulangi secara bersama. Bukan hanya kewajiban sekolah,” ucapnya.

Selain itu, Disdik pun telah menguatkan kembali dengan mengeluarkan surat larangan siswa membaha telpon ke sekolah. Hal itu, tujuannya untuk mencegah penyalahgunaan teknologi dan komunikasi.

“Larangan itu sudah diberlakukan sejak tahun 2018. Langkah prefentif itu masih berlaku sampai sekarang,” kata dia.

Tidak hanya langkah itu saja, kata Buldan, pendidikan Agama pun terus ditanamkan. Tujuannya agar karakter dan budi pekerti siswa bisa terus terbina.

Baca Juga:  Google Doodle Menampilkan Roehana Koeddoes, Jurnalis Muslimah Pertama di Minangkabau

“Di Garut itu sudah ada gerakan embun pagi. Selain itu kegiatan agama seperti membaca Al-Quran setiap mau dimulai jam pelajaran kerap dilakukan,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, dibutuhkan peran bersama untuk menjaga generasi bangsa ini agar tidak terjerembab ke lembah nista. Menurutnya, jangan hanya di sekolah namun di rumah dan di lingkungan masyarakat pun harus berperan aktif melakukan pencegahan.

“Di sekolah ini paling lama hanya 8 jam. Selebihnya ada di rumah dan lingkungan masyarakat. Jadi butuh kepedulian bersama,” pungkasnya. (Tgr)

Jabarnews | Berita Jawa Barat