Media Sosial dan Gerakan Sosial

Penulis: Bram Herdiana (Guru SMK Pariwisata Telkom Bandung)

Media sosial merupakan sebuah media berbasis kecanggihan teknologi yang diklasifikasikan dari berbagai bentuk, seperti majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, siniar, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi, self-disclosure), menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein, seperti yang di kutip dari Wikipedia. Perkembangan media sosial sungguh pesat, bisa dilihat dari banyaknya jumlah pengguna yang dimiliki masing-masing situs jejaring sosial.

Nama-nama media sosial yang populer diantaranya adalah Facebook, Youtube, Whatsapp, Facebook Messenger dan Instagram. Menurut laporan dari We Are Social pada awal tahun 2021, Facebook memiliki jumlah pengguna aktif bulanan sebanyak 2,7 miliar pengguna. Jumlah itu menempatkan Facebook sebagai media sosial yang paling banyak digunakan di dunia. Selain Facebook, beberapa media sosial asal Amerika Serikat punya jumlah pengguna aktif bulanan yang besar. YouTube dan WhatsApp masing-masing memiliki pengguna sebesar 2,3 miliar dan 2 miliar. Sementara, jumlah pengguna Facebook Messenger dan Instagram berturut-turut sekitar 1,3 miliar dan 1,2 miliar.

Di kutip dari Crossing, Media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa yang saling membagi ide, bekerja sama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan seseorang sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan media sosial berkembang pesat. Tidak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding.

Baca Juga:  Abdillah Toha Kritisi Rompi Baru Warna Biru dari KPK, Sebut Jenius

Perkembangan teknologi media sosial ini sudah menjamur dan mengakar di kehidupan sehari-hari serta telah mengubah gaya hidup bahkan pola pikir. Keberadaan media sosial telah menyebabkan masyarakat memiliki ketergantungan atau kecanduan dengan seringnya menggunakan media sosial, kapan dan dimanapun. Pada awalnya manusia adalah sebagai makhluk sosial, namun dengan adanya teknologi saat ini, nilai-nilai budaya masyarakat sudah mulai memudar. Namun meski memudar tapi nilai-nilai moral seperti tolong menolong atau sifat gotong royong masih nampak jelas terlihat pada perilaku masyarakat negeri ini yang sudah lama mendasari hidupnya dengan jiwa tolong menolong. Masyarakat Indonesia menggunakan media sosial dengan bijak yaitu ketika muncul berita-berita viral berupa foto atau video yang menayangkan ketika seseorang atau kelompok masyarakat perlu di bantu atau di tolong, maka dengan cepat masyarakat Indonesia akan membantunya lewat suatu gerakan bersama, membantu sesama secara bersama-sama.

Baca Juga:  Usai Amankan Unras Omnibus Law, 300 Personel Polres Cianjur Jalani Rapid Test

Ada beberapa kasus yang diunggah di media sosial telah menunjkan bagaimana empati masyarakat indonesia ditengah-tengah masyarakat yang makin individu karena kemajuan teknologi, tetapi rasa dan jiwa tolong masih ada di setiap sanubari masyarakat negeri ini. Baru-baru ini ada kasus Mang Eman, seorang pedagang agar-agar di garut, Jawa Barat. sendiri mengaku, saat kejadian, dia sedang kelaparan dan berniat untuk membeli makanan di warung itu. Dia membawa duit Rp 5 ribu. Selembar uang yang dia miliki karena saat itu agar-agar yang dia sajikan tak laku. Kisah Mang Eman ini membuat warganet terenyuh. Warganet bahkan berbondong-bondong meminta sang pengunggah video untuk membuka donasi. Hingga Sabtu (31/7), diketahui donasi yang terkumpul untuk Mang Eman mencapai Rp 108 juta seperti yang di tulis Detiknews.

Sebelumnya ada juga kisah seorang penjual bakso yang sudah berusia 86 tahun bernama Mbah Min viral di sosial media. Mbah Min yang sudah tua renta tersebut dikabarkan menerima donasi hingga sebesar Rp 8 juta lebih dari para netizen Twitter yang kagum dengan perjuangan hidupnya. Di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi, Mbah Min sejatinya terlihat masih sangat bersemangat untuk bekerja sebagai penjual bakso dengan gerobaknya. Adapun sosok Mbah Min ini kali pertama diviralkan melalui sebuah cuitan yang dibuat oleh akun Twitter dengan nama @xxdaveyy13. Dan tak membutuhkan waktu lama, cuitan @xxdaveyy13 langsung menarik banyak perhatian warganet dan akhirnya cuitan itu pun viral. Yang menarik kemudian adalah ada banyak netizen mengaku menaruh perhatian pada situasi dan kondisi Mbah Min (Oretzz, April 2021).

Baca Juga:  Asyik Mancing Saat Ngabuburit, Warga Malah Temukan Mayat

Kini jiwa empati masyarakat Indonesia yang sudah mengakar dalam tradisi kehidupan bisa diwujudkan terus-menerus dengan mengunakan media sosial. Media sosial bisa menjadi sebuah media dalam menyampaikan rasa empati bukan sekedar hanya simpati saja melalui gerakan-gerakan sosial dalam rangka membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, butuh biaya untuk melanjutkan hidup. Gerakan sosial berupa pengumpulan dana atau donasi semakin mudah dengan adanya media sosial, sebab media sosial adalah media yang bisa menyampaikan informasi-informasi secara luas kepada publik negeri ini. Kecepatan penyampaian informasi melalui media sosial juga akan mempermudah dalam menganggulangi atau menyelesaikan permasalahan- permasalahan kehidupan sosial secara bersama-sama. (*)

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulis