JABARNEWS | BANDUNG – Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB) Benjamin Safiie menyebutkan kejadian gempa bumi yang menimpa Lombok seharusnya dapat diminimalisir dengan mitigasi yang memadai.
Hal tersebut ia ungkapkan mengingat wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak didukung dengan seismograf (Alat atau sensor getaran) yang mencukupi, sehingga antisipasi bencana tidak berjalan dengan semestinya.
“Jadi Kejadian gempa di Lombok lainnya itu karena kurangnya seismograf, di wilayah tersebut hanya ada dua seismograf. Sedangkan di Jepang itu punya tiga ribu seismograf,” katanya saat ditemui di Jalan Asia Afrika No. 77, Kota Bandung, Rabu (8/8/2018).
Berkaca dari Negara Jepang yang sudah menggunakan begitu banyak seismograf, Safiie menilai mitigasi di Negara tersebut harus menjadi percontohan untuk mengurangi dampak dari bencana gempa.
“Sebenarnya di Jepang tidak terlalu masalah walaupun gempanya terjadi beberapa kali. Untuk saat ini kita harus mencontoh Jepang karena dia hidup dalam zona gempa. Jepang sudah siap secara engineering,” terangnya.
Maka dari itu, menurutnya pemerintah harus lebih memperhatikan mitigasi dengan menambah jumlah seismograf sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakatnya.
“Kenapa kita harus peduli? karena ketika gempa terjadi kalau kerusakannya besar rakyatnya menderita ekonomi akan jatuh, negara akan terdampak juga,” pungkasnya. (Ted)
Jabarnews | Berita Jawa Barat