Menkeu: Perkembangan Ekonomi Global Masih dalam Tahap Pemulihan Pasca Krisis Ekonomi Tahun 2008

JABAR NEWS | BANDUNG – Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia saat ini berada dalam kondisi perekonomian terbuka sehingga pemerintah saat ini terus melakukan kegiatan- kegiatan ekonomi yang ada hubungannya ekonomi dalam negeri maupun yang berkaitan dengan ekonomi global dikarenakan kondisi ekonomi global akan mempengaruhi kondisi ekonomi nasional.

“Melihat perekonomian global berjalan cukup bertahap kalau kita biasa menyebutnya ekonomi global itu sedang dalam masa pemulihan pasca krisis global yang terjadi pada 2008 lalu karena sebelum terjadi krisis global, ekonomi dunia itu bisa tumbuh mendekati 4 persen dan itu didorong oleh perekonomian baik dari negera maju maupun negara berkembang,” ujarnya saat menjadi keynote spech dalam pembukaan Rakernas MEK dan Silatnas Jaringan Saudagsr Muhammadiyah di Bandung, Rabu (13/09/2017).

Baca Juga:  ASN Asik Main HP Saat Pelantikan. Ini Kata Bupati Purwakarta

Sri menambahkan semenjak terjadinya krisis global sektor keuangan mengalami kerontokan sehingga dunia usaha mengalami kelesuan karena sektor keuangan mengalami krisis.

“Saat krisis keuangan biasanya terjadi pengurangan aktivitas meminjamkan sehingga ekonomi karena tidak ada peminjaman dari lembaga-lembaga keuangan itu seperti badan yang kekurangan darah sehingga ekonomi menjadi lesu,” katanya.

Ia mengatakan hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa ekonomi global sangat mempengaruhi keseluruhan dunia dengan dinamika antar negara dimana harga komoditas masih akan stabil namun dalam kondisi stabil rendah.

“Kita lihat harga minyak di 48 tadinya sempat turun di angka 30, batubara naik di 84 tadinya 70, ini menggambarkan bahwa tahun 2017/2018 recovery berjalan secara bertahap tidak langsung sehat,” ucapnya.

Baca Juga:  Jabar Bergerak Akan Salurkan 1.000 Paket Sembako

Ada beberapa resiko dalam ekonomi global yang harus diwaspadai bersama menurut Menkeu yang pertama adalah geopolitik seperti yang terjadi di Korea Utara dan Korea Selatan kemudian ketegangan yang terjadi di Amerika Serikat bahkan kepemimpinan di Amerika saat ini cenderung tidak dapat di prediksi.

“Kalau pemimpin yang unpredictable itu di negara kecil itu sih ga apa-apa kalau pemimpin unpredictable itu di negara besar di dunia itu akan goyang semuanya itu salah satunya,” ucapnya.

Yang kedua tambahnya adalah perteumbuhan ekonomi kedua terbesar di dunia adalah China disana terjadi apa yang disebut kepemimpinan yang disolidkan disana terjadi namanya establis dari presien Xi Jinping mereka membuat seluruh ekonominya seolah-olah tenang padahal dibawah permukaan banyak persoalan yang harus diwaspadai.

Baca Juga:  Bodo Amat Corona, Warga Berjubel di Pasar Jelang Lebaran Abaikan PSBB

“Kredit macetnya, suspansi investasinya terlalu banyak, transisi mereka dari investasi ke konsumsi itu tidak mudah didalam suatu perekonomian yang tadinya sistemnya adalah komando menjadi sistem market dan decentralized, nah ini menjadi transisi yang harus kita waspadai,” ucapnya.

Sementara itu ia mengatakan untuk mengembangkan perekonomian angka permintaan dan produksi itu harus seimbang. Demand atau permintaan tersebut adalah konsumsi masyarakat sehingga apabila angka penganggurannya tinggi maka akan memunculkan demand yang tidak sehat.

“Oleh karena itu fungsi pemerintah adalah bagaimana membuat pertumbuhan ekonomi itu bisa menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan kerja yang baik kualitasnya dimana masyarakat dapat mendapatkan gaji yang baik” tukasnya. (Nur)

Jabar News | Berita Jawa Barat