Harga Ayam Anjlok, Para Peternak se-Indonesia Gelar Konsolidasi Nasional

JABARNEWS | BANDUNG – Para peternak ayam bersama aktivis mahasiswa peternakan seluruh Indonesia menggelar konsolidasi nasional untuk membahas harga jual ayam hidup yang kembali anjlok.

Diketahui, harga komoditi ayam ras di pengecer saat ini berkisar di harga Rp35.000 hingga Rp38.000 per Kg, padahal, harga On Gate Farm dari para peternak ayam (kandang) menyentuh di harga Rp 8000 per Kg.

Atas dasar itu, para peternak ayam berskala kecil menengah menilai, kondisi harga daging ayam yang selalu mahal di pasaran terjadi kejanggalan, karena harga ayam hidup di kandang kerap anjlok.

“Ini terjadi karena overstock tidak mengikuti demand dalam negeri, sehingga peternak kesulitan menjual dengan harga HPP di kandang, namun anehnya harga daging ayam tetap tinggi,” kata Direktur Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) Ali Usman dalam keterangan yang diterima, Minggu (18/7/2021).

Baca Juga:  Ini Harapan Puja Dibawah Kepelatihan Radovic

“Pemerintah perlu kaji ulang penyebabnya mengapa hal ini kerap terjadi, apa ada yang bermain disini?” tambahnya.

Menurutnya, adanya Permendag 07/2020 menetapkan HPP (Harga Pokok Produksi) yaitu Rp19.000 – Rp20.000 per Kg sebagai acuan, namun Permendag tersebut bersebrangan dengan aturan dibawah.

Sementara itu, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Pardzuni mengaitkan adanya pola perusahaan besar yang bermain.

Dia menyebut, selama perusahaan besar yang disebut integrator itu tidak distop usaha berbudidaya ayam final stock broiler. Maka selama itu pula peternak akan tergerus secara modal.

“Mereka itu banyak PMA, namun pemerintah disini seperti membiarkan kita (peternak) untuk beradu dengan mereka (integrator),” ucap Pardzuni.

Di acara yang sama, Ketua Koperasi Peternak Milenial Nurul Ikhwan menuturkan bahwa, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan tidak boleh tutup mata dengan nasib peternak UMKM ini.

Baca Juga:  Puluhan Warga Terpapar Covid-19, Satu Kampung di Garut Lockdown

“Pemerintah harusnya sadar kalau peternak yang lahir dari rahim bangsa Indonesia ini, uang hasil usahanya akan diputar di dalam negeri. Namun mereka (integrator) uangnya akan mengalir ke negara asalnya seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Tiongkok, dan Korea Selatan. Ini kita harus hati-hati apalagi sektor perunggasan merupakan salah satu bahan pokok penting,” ujar Iwang sapaan akrabnya.

Dia mempertanyakan, apa yang dilakukan Pemerintah dalam menanggulangi hal ini, karena korbannya adalah peternak rakyat yang mengalami kerugian. Namun masyarakat merasa kemahalan membeli daging ayam, terlebih di tengah situasi PPKM.

Sesi lain, Dewan Pembina GOPAN yang merupakan peternak asal Bogor Ir. Tri Hardiyanto menyebutkan, bahwa permasalahan ini diurai dari adanya UU No. 18 tahun 2009, yang memberikan ruang bagi integrator untuk berbudidaya, padahal sebelumnya integrator cukup menjual bibit (DOC) anak ayamnya kepada peternak.

Baca Juga:  Nekat Naik Truk Muatan Sayur, Tujuh Pemudik Ini Ngaku Bayar Rp50 Ribu

“Kita pun mau tidak mau, harus bisa bertahan dengan mempelajari Teknik ke arah peternak membentuk koperasi atau koorporasi dengan konsep mini integrasi sehingga usaha kita akan tetap jalan,” tutur Tri.

Perwakilan Aktivis Mahasiswa Peternakan Unpad Bandung M Firdaus Susanto menambahkan bahwa, saatnya rekan-rekan aktivis mahasiswa peternakan se-Indonesia untuk bersama-sama peternak rakyat melawan kapitalis serta menjadi garda terdepan untuk mengingatkan pemerintah, bahwa yang wajib dilindungi adalah peternak UMKM ini.

Sekadar informasi, kegiatan diskusi secara virtual, bertema Silaturahim Konsolidasi Nasional ke-1 antara Peternak Ayam Ras dan Mahasiswa Peternakan. Diskusi tersebut diprakarsai oleh Koperasi Peternak Milenial Jawa Barat dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (BEM Fapet Unpad), yang didukung oleh Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan seluruh Indonesia (ISMAPETI). (Red)