Ini Penyebab Harga Telur Ayam Naik Drastis

JABARNEWS | PURWAKARTA – Harga telur ayam beberapa hari ini melambung cukup tinggi hingga mencapai 40 persen per kilo gram dibanding biasanya, hal tersebut diduga dipicu oleh minimnya pasokan yang tidak sebanding dengan permintaan konsumen.

Salah satu pedagang telur ayam di Pasar Rebo Purwakarta, Gugun (32) mengatakan, pada normalnya, dirinya menjual harga telur ayam dengan harga di kisaran 20 ribu saja.

“Harga ayam telur normalnya Rp 20-25 ribu perkg, sementara harga sekarang Rp 28ribu perkg,” ujar Gugun (32).

Gugun mengaku, kenaikan harga telur ayam ia rasakan bertahap sejak lebaran kemarin.

Baca Juga:  Ekonom Sebut Pemberian THR Dapat Tingkatkan Produktivitas Pekerja

“Pengiriman ayam telur di Jawa Timur (Jatim) biasanya satu hari satu truk kini harus nunggu dua hari baru ada kiriman satu truk,” kata dia.

Akibat kenaikan harga telur tersebut, Gugun merasakan adanya penurunan jumlah pembeli.

“Ya harga telur naik, otomatis yang pada beli telur juga berkurang,” ucap dia.

Namun berbeda yang diungkapkan salah satu produsen ayam telur Lili Abdilah (36). Ia mengatakan, kenaikan harga ayam telur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain harga pakan dan bahan bakar minyak (BBM) yang mengalami kenaikan, kenaikan harga ayam telur juga dipengaruhi oleh masa ayam petelur kurang produktif.

Baca Juga:  Jokowi Minta Laporan Keuangan Dana Desa Jangan Ribet

“Menurut saya, naiknya harga telur akibat penyesuaian kenaikan pakan ayam yang naik dua kali lipat dari sebelum Lebaran. Biasanya sekintal Rp540 ribu jadi naik Rp550-560 ribu,” katanya, Minggu (15/7/2018).

Selain naiknya harga pakan, Lili juga mensinyalir naiknya harga telur dipengaruhi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“BBM naik, jadi pendistribusian telur dari peternak ke pedagang juga otomatis ongkosnya naik kan, jadi berimbas ke harga telur,” jelasnya.

Sementara itu faktor ketiga yang menyebabkan harga telur naik adalah masa ayam petelur yang sudah tidak produktif.

Baca Juga:  Ratusan Warga Ikuti Pawai Obor Di Majalengka

“Kebanyakan sekarang para produsen telur, ayamnya sudah masuk masa apkiran. Jadi harus beli ayam petelur lagi,” katanya.

Di sisi lain, terkait masalah cuaca yang akhir-akhir ini dirasakan sangat panas dan kering akibat pengaruh musim kemarau, menurut Lili hal tersebut tidak mempengaruhi produksi ayam petelur.

“Kalau cuaca panas menurut saya tidak berpengaruh, produksi telur masih baik sehari masih bisa menghasilkan sedikitnya 35 kg perhari,” ujar warga Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta itu.  (Gin)

Jabar News | Berita Jawa Barat