Ini Potret Suram Buruh Genteng Jatiwangi Majalengka

JABARNEWS | MAJALENGKA – Di tengah gempuran genteng-genteng fiber, genteng yang berasal dari tanah liat kini semakin menguatkan diri untuk bertahan. Termasuk para pekerja buruh harian, yang harus selalu rela menerima upah per hari sebesar Rp. 32.000,-. Sementara jam kerja yang harus ditanggung yakni mulai pukul 07.00 pagi dan selesai jam 16.00 WIB, setelah Ashar.

Baca Juga:  BTN Dukung Program BUMN Dalam Islamic Nexgen Fest 2019

Salah seorang pekerja buruh di pabrik genteng, ‘Ai, mengatakan, sebetulnya ia berharap ada pekerjaan lain yang bisa menghasilkan penghasilan tambahan. Tujuannya untuk menambah biaya dapur untuk melengkapi penghasilan suami. Hal itu harus dilakukannya, mengingat harga-harga kebutuhan saat ini terus merangkak naik.

“Sehari itu hanya 32 ribu rupiah, Kang. Makanya kami berhemat. Makan siang bawa bekal sendiri dari rumah. Saya berharap ada kesejahteraan lebih, misalnya upahnya naik lagi.” ungkapnya, Jumat (31/8/2018).

Baca Juga:  KPK Panggil Direktur Cirebon Power Terkait Kasus GM Hyundai Engineering and Construction

Sementara itu, Kepala Desa Burujul Wetan, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Abdul Kohim, mengatakan, di wilayahnya itu memang banyak pabrik genteng. Namun saat ini kondisinya memprihatinkan, sebab untuk bertahan saja cukup sulit, karena saat ini terus digempur oleh genteng-genteng dari bahan plastik atau fiber.

Baca Juga:  Ridwan Kamil Sebut Jabar Salah Satu Penopang RI Keluar dari Resesi Ekonomi

“Tentu, selaku kuwu di sini, saya pun berharap ada peningkatan upah bagi warga atau pekerja buruh harian di pabrik genteng. Namun itu pun disesuaikan dengan kondisi pabrik. Sekarang ini kita kesulitan untuk tetap bertahan, karena terus digempur oleh genteng-genteng fiber,” tandasnya. (Rik)

Jabarnews | Berita Jawa Barat