Mangkrak, Halte Trans Pakuan Bogor

JABARNEWS | KOTA BOGOR – Halte bus di Kota Bogor atau halte Trans Pakuan Koridor (TPK) lama tidak terpakai alias mangkrak. Dari hampir 18 lebih jumlah halte TPK, khususnya di Jalan Raya Pajajaran hingga ke Jalan Raya Tajur, tidak ada satu pun halte TPK yang berfungsi sebagaimana mestinya.

“Saya enggak pernah lihat halte ini dipakai buat bus. Dari dulu kayak gini saja, enggak terawat,” kata salah satu warga Kota Bogor, Luthfi (28 tahun), di Jalan Raya Tajur, Bogor, Minggu (17/12/2018), dikutip republika.co.id.

Luthfi menuturkan, sejak awal dibangun, halte-halte TPK tidak pernah berfungsi sebagai halte bus dan hanya dijadikan tempat kosong yang tidak terawat. Tak ayal, menurutnya, banyak coretan dan spanduk-spanduk kampanye yang ada pada setiap halte TPK.

Baginya sebagai warga Kota Bogor, menaiki angkutan umum tidak perlu susah-susah berdiri menunggu bus di halte. Pasalnya, setiap bus yang akan ditumpanginya dapat berhenti di mana saja sesuai kehendaknya. Meski begitu sebagai warga Kota Bogor, ia menilai mangkraknya halte TPK menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan.

Baca Juga:  H-1 Lebaran, Sejumlah Pasar Tradisional Di Kuningan Alami Lonjakan Pengunjung

“Karena banyak sekali tanaman-tanaman liar tumbuh di dinding sampai atap halte (TPK), kesannya seperti kumuh,” kata Luthfi.

Senada dikatakan Susi (22 tahun), salah satu calon penumpang angkot rute Ciawi. Ia mengatakan halte TPK menjadi tempat berjualan PKL sehingga ia sungkan menunggu angkutan umum di tempat tersebut.

Meski hampir setiap hari ia menggunakan angkot sebagai aktivitas transportasinya, tapi Susi mengaku belum pernah memberhentikan angkot di dalam halte Trans Pakuan Koridor (TPK).

“Saya juga tidak tahu mengenai fungsi halte TPK tersebut untuk sistem transportasi yang seperti apa,” ujar dia.

Pantauan di lapangan, sejumlah halte TPK Kota Bogor hampir seluruhnya beralih fungsi. Ada yang digunakan sebagai lapak PKL, dipasangi alat peraga kampanye, hingga digunakan sebagai tempat tidur oleh sejumlah oknum masyarakat. Fasilitas-fasilitas halte TPK hampir sebagian besar terlihat rusak dan kumuh.

Baca Juga:  Polisi Amankan Tiga Pelaku Perang Geng Motor di Purwakarta

Tidak sedikit dari halte TPK yang ada ditulisi coretan-coretan cat pilok yang menulisi kalimat tak pantas. Belum lagi terdapat sejumlah semak belukar dan tumbuhan-tumbuhan gulma yang menjalar mulai dari atap halte, hingga menjalar masuk ke dalam ruangan.

Kepala Bidang Sarana dan Prasana Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Dody Wahyudi, menjelaskan, halte TPK merupakan jenis halte high deck yang mana penggunaannya hanya dikhususkan untuk bus-bus yang masuk dalam program Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor.

Namun, menurut dia, program bus-bus kota PDJT tidak berjalan seperti yang telah diharapkan sehingga dampaknya berimbas pada penonaktifan halte TPK.

“Kalau bus PDJT ada, halte TPK pasti berfungsi secara otomatis. Halte TPK juga tidak bisa digunakan untuk angkot, dia (halte TPK) tinggi, nggak bisa dipakai angkot,” kata Dody.

Baca Juga:  Kepala Lapas Kelas IIB Purwakarta Temui Kapolres, Bahas Ini

Dengan alasan tersebut, Dody mengklaim bahwa sejatinya halte TPK bukanlah program ataupun sarana Dishub yang mangkrak. Sarana tersebut akan kembali ke fungsi semulanya asalkan ada dukungan program operasional bus-bus kota kembali.

“Saya pernah dengar ada wacana pengoperasian bus lagi untuk tahun 2018 ini, maka kita sudah mau bersiap. Menyiapkan sarananya, membersihkan kembali TPK. Tapi ternyata belum ada juga,” kata dia.

Meski sejumlah halte TPK yang ada tidak berfungsi, namun Dishub juga terlihat tengah membangun halte-halte kembali di wilayah Jalan Pajajaran, Jalan KS Tubun, Jalan Pemuda, dan Jalan Ahmad Yani.

Menurut Dody, halte di sejumlah jalan tersebut dibangun bukan diperuntukkan bus-bus program TPK, melainkan untuk bus angkutan kota dan angkot-angkot kecil. (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat