Pengelolaan Pasar Baru Segera Berakhir, Pedagang Terganggu

JABARNEWS | BANDUNG – Pengelolaan Pasar Baru Trade Center oleh PT Atanaka Persada Permai (APP) akan segera berakhir, tepatnya pada akhir Desember 2018. Hal itu membuat pedagang dan karyawan resah. Di Pasar Baru, ada sekitar 5200 pedagang dan sekitar 14 ribu karyawan.

“Khawatir kepengurusan yang baru yang ditunjuk Pemkot, kondisinya malah akan buruk,” ujar Sekjen Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B), Iwan Suhermawan, kepada wartawan, Selasa (17/7/2018).

Iwan mengatakan, pedagang dan karyawan Pasar Baru berharap pengelolaan tetap dilakukan oleh PT APP. Karena mereka sudah mengelola Pasar Baru selama 18 tahun.

Baca Juga:  Upaya Pemprov Jabar Bangun Bandara Kertajati Diganjar Penghargaan

Menurut Iwan, para pedagang dan karyawan khawatir, ketika pengelolaan berpindah tangan. Mereka tidak ingin nasib Pasar Baru sama dengan pasar modern lainnya, seperti Pasar Kosambi, Pasar ITC, dan Pasar Andir.

“Memang ada kekurangan sedikit di pengelola yang sekarang, tapi itu kan bisa diperbaiki. Daripada pengelolaan berpindah tangan, malah jadi bobrok, tinggal ditingkatkan standard kerjanya,” papar Iwan.

Karenanya, atas nama pedagang, Iwan berharap, Pemkot Bandung segera menentukan siapa pengganti PT APP, agar tidak menimbulkan banyak spekulasi di luaran.

Baca Juga:  Pemprov Jabar Pasarkan Produk Kreatif dengan Bentuk 5000 Desa Digital

Meski dari pihak intern pedagang dan karyawan di lingkungan Pasar Baru berharap pengelolaan tetap dilakukan PT APP, namun mereka menyerahkan keputusan dan mekanisme kepada Pemkot Bandung.

Iwan berharap atas keadaan ini, pedagang tetap tenang, jika ada hal-hal yang ingin disampaikan bisa disampaikan kepada himpunan pedagang.



Ditemui di tempat yang sama, salah seorang pedagang pakaian jadi di Pasar Baru, Sudirman Lawe, berharap agar pengelolaan Pasar Baru tidak berpindah tangan.

Baca Juga:  Panglima TNI Ungkap Strategi Ofensif dan Defensif Lawan Covid-19

“Yang sekarang sudah cukup baik, tinggal diperbaiki sedikit-sedikit daripada dimulai lagi dari nol,” katanya.

Kondisi ini, menurut Sudirman, berakibat buruk pada roda perekonomian di Pasar Baru.

Lanjutnya, para pedagang tidak bisa menentukan langkah-langkah promosi, karena belum ada kejelasan pengelola. Dan itu berakibat omzet dari pengunjung yang datang dan berbelanja, karena selama ini permodalan mereka bergantung pada perbankan. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat