Akhirnya Penderita Gizi Buruk Dibantu Polwan Cianjur

JABARNEWS | CIANJUR – Peringati Hari Kartini 2018 Polisi Wanita (Polwan) dari Polres Cianjur gelar berbagai kegiatan sosial. Salah satunya mengunjungi Adah, yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan media tentang penyakit lumpuh layuh dan gizi buruk yang diidapnya.

Dipimpin langsung Kapolres Cianjur, AKBP Soliyah SIK, MH dan Wakapolres Kompol Santiadjie Kartasasmita, personel Polwan Polres Cianjur mendatangi kediaman orangtua Adah Rabu (18/4/2018). Pihak kepolisian memberikan bantuan berupa bahan pokok, seperti beras, mie instan, minyak sayur, dan lainnya.

Kedatangann Kapolres beserta Polwan ini tidak hanya disambut baik oleh keluarga Adah, tapi juga seluruh masyarakat yang ada dilingkungan itu. Ratusan anak-anak di kampung itu berbaris rapih di sepanjang jalan menuju kediaman Adah, sambil berteriak “Selamat datang Bu Kapolres dan Bu Polwan”.

Baca Juga:  Pembangunan Rumah Deret Tamansari Tahap I Ditargetkan Selesai Tahun Ini

“Ini salah satu bentuk kepedulian Polres Cianjur, khususnya Polwan terhadap masyarakat yang memang membutuhkan bantuan. Dan ini juga untuk lebih mengingatkan kami untuk lebih bersyukur. Sebab, masih banyak saudara-saudara kami yang kondisinya memang butuh perhatian dari kami,” kata Soliyah disela-sela kunjungan, seperti dikutip dari beritacianjur Kamis (19/4/2018).

Tak hanya mengunjungi Adah, kegiatan sosial lainnya juga akan digelar Polres Cianjur. Seperti memberi pengobatan gratis kepada masyarakat.

Adah yang menjadi warga Kampung Mayak Empang RT 01/04, Desa Mayak, Kecamatan Cibeber hampir 16 tahun menderita penyakit komplikasi lumpuh layuh disertai gizi buruk. Dia belum pernah sekalipun dibawa berobat ke dokter oleh orangtuanya.

Baca Juga:  Proses Pengerjaan Pelabuhan Patimban Capai 13 Persen

Berdasarkan informasi, penyakit lumpuh layuh disertai gizi buruk bermula saat anak semata wayang pasangan Apen Supendi (35) dan Aisah (34) ini berusia delapan bulan. Saat itu Adah mengalami sakit panas disertai kejang-kejang.

Keterbatasan biaya membuat orangtua Adah tak membawa anaknya berobat secara medis ke dokter atau rumah sakit. Malangnya, menginjak usia Adah sekitar satu tahun, orangtuanya bercerai. Adah diurus ayahnya hingga hampir 16 tahun pula Adah menghabiskan waktunya di atas kasur.

“Saya sudah gak bisa ke mana-mana. Kalau dulu saat neneknya masih sehat, Adah bisa saya titipkan. Saya masih bisa bekerja. Sekarang neneknya juga sakit-sakitan, jadi saya yang mengurus anak,” kata Apen.

Baca Juga:  Mantan Suami Artis Terjaring Narkoba Ditangkap di Purwakarta

Untuk memenuhi kebutuhan anaknya sehari-hari, Apen kerja serabutan. Itupun tempatnya tak terlalu jauh karena ia memiliki tugas mengurus anak.

“Kalau ada yang nyuruh, ya saya kerjakan saja di sekitaran kampung ini. Tapi itu juga tidak setiap hari,” terang Apen.

Setiap ada yang menyuruh menyelesaikan kerjaan, Apen bisa mengantongi upah sekitar Rp.35 Ribu hingga Rp.40 Ribu. Uang itu dicukup-cukupkan untuk biaya makan sehari-hari serta kebutuhan sehari-hari lainnya. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat