Profesor IPB Minta Sektor Kelautan Harus Diperhatikan

JABARNEWS | BANDUNG – Sektor kelautan atau maritim menjadi peran strategis dalam perkembangan ekonomi. Hal itu mengemuka pada kuliah umum di ITB di Aula Barat ITB, Jalan Ganesa, Rabu (5/9/2018).

Kuliah umum tersebut bertajuk ’Membangun Ekonomi Kelautan Berbasis Industri 4.0 Untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia.’’ Topik tersebut diangkat sebagai untuk bangsa Indonesia.

Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri., Ms menyebutkan, potensi perekonomian kelautan sangat besar sekali. ’’Ekonomi maritim atau kelautan potensinya besar sekali dengan nilai sekitar 1,4 triliun dolar. Artinya hampir satu kali lipat ekonomi indonesia saat ini,’’ ujar Rokhim.

Baca Juga:  Ingatkan ASN, Pj Sekda Bandung: Pelayanan Merupakan Basis Penilaian

Tenaga kerja yang bisa ciptakan dari perekonomian kelautan, harus dikelola orang-orang yang profesional di bidangnya. ’’Harus ada orang profesional dan berakhlak baik. Ada sekitar 45 juta orang, artinya 40 persen masalah ketenagakerjaan sudah selesai seharusnya,’’ ucapnya.

“Soal industri 4 yang sudah dicanangkan pemerintah Pak Jokowi melalui kementeriaan penindustrian, itu kan solusi masa kini dan depan,’’ katanya.

Sebab, dengan aplikasi 4 untuk ekonomi kemaritiman dan kelautan itu untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, keuntungan. Daya saing ini kan dalam era saat ini, suatu bangsa yang maju produk yang mempunyai daya saing.

Baca Juga:  Gedung Study Pembangunan ITB Terbakar

’’Supaya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran itu tidak hanya dinikmati segelintir orang. Itu pembangnan hanya bersifat inklusif. Artinya rakyat kecil harus diberi modal, pendidikan, dan teknologi akses pasar. Sehingga usaha modern yang menguntungkan bisa dikerjakan segelintir orang saja,’’ imbuhnya.

Pola pembangunan yang ramah lingkungan, dengan ada tata ruang pengendalian pencemaran. Terpuruknya rupiah, kata dia, disebabkan fundamental yang menyebabkan rupiah anjlok karena defisit neraca perdagangan lebih banyak mengimpor dari pada mengekspor.

’’Kenapa demikian, karena bangsa ini konsumen bukan produktif dari komposisi produk domestik kita 60 persen tidak dikonsumsi. Rumusnya kan kalau negara ingin maju dari investasi, ekspor, konsumsi sama impor,’’ ucap Rokhim.

Baca Juga:  Kapolres Purwakarta Komandoi Beri Bantuan Korban Bencana Longsor Cilulumpang

Research develoment harus digali, katanya, jangan dijadikan alat untuk menjustifikasi kebenaran sebuah rezim. ’’Memang itu jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang itu yakni adalah sesuatu yang harus mulai dikerjakan sekarang juga,’’ paparnya.

Jangka pendeknya, kata dia, sektor-sektor yang bisa menciptakan lapangan kerja. Sektor-sektor yang teknologinya relatif sederhana, sektor yang modal usahanya kecil seperti budidaya dan seterusnya. Pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan, lembaga-lembaga dan tenaga kerja. (Rnu)

Jabarnews | Berita Jawa Barat