JABARNEWS | SUBANG – Pernahkah membayangkan buah nanas yang kini begitu mudah ditemui di pasar ternyata pernah menjadi simbol kekayaan dan kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan Inggris?
Ya, buah tropis ini dulunya begitu langka dan berharga di belahan bumi Eropa, bahkan harganya setara dengan sebuah kereta kuda!
Kini, warisan kemewahan itu hidup kembali di Kabupaten Subang, yang berhasil menyabet gelar penghasil nanas terbesar di Jawa Barat pada tahun 2023.
Dulu Bagian dari Purwakarta, Kini Subang Jadi Penghasil Nanas
Kabupaten Subang, yang dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Purwakarta, telah menjelma menjadi pusat produksi nanas terbesar di Jawa Barat.
Subang resmi memisahkan diri dari Kabupaten Purwakarta melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968.
Dengan produksi mencapai 167.413,67 ton pada tahun 2023, Kabupaten Subang memantapkan posisinya sebagai penghasil nanas terbesar di Jawa Barat, khususnya melalui varietas unggulan “Simadu” yang terkenal dengan cita rasa manisnya yang khas.
Julukan “Kota Nanas” kini melekat erat dengan identitas Subang, menjadikan buah tropis ini sebagai penggerak utama perekonomian daerah.
Keberhasilan sektor perkebunan nanas tidak hanya memberikan kebanggaan bagi masyarakat Subang tetapi juga membedakannya dari kabupaten lain di Jawa Barat, termasuk Purwakarta yang dahulu menjadi kabupaten induknya.
Nanas: Simbol Kemewahan dan Kekayaan Bangsawan Inggris
Sebelum menjadi buah yang mudah didapatkan seperti sekarang, nanas pernah menduduki puncak hierarki makanan sebagai simbol kekayaan.
Pada abad ke-17, nanas bukan sekadar buah tropis, melainkan simbol status kemewahan dan menjadi bahan “flexing” di kalangan bangsawan Inggris.