Waktu diyakini merupakan salah satu barometer yang bisa menjadikan nilai pahala dan dosa tidak sama. Misalnya bulan Ramadhan. Pada bulan ini semua pahala ibadah serba berlipat ganda.
Namun tak hanya itu, Allah juga melipatkgandakan dosa dalam setiap maksiat.
Keistimewaan bulan Ramadhan memang tidak bisa dihitung banyaknya, mulai dari dilipatgandakannya pahala, hingga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka.
Oleh sebab itu, umat Islam seharusnya menjaga kesakralan bulan suci ini dengan bersungguh-sungguh menjauhi setiap hal yang bisa merusak kesakralan Ramadhan.
Karena, semua itu bisa berdampak pada dirinya, serta tidak mendapat nilai apa pun dalam menjalankan puasanya. Syekh Abdurrahman bin Qasim pernah menjelaskan dengan bentuk syair:
إِذا لم يَكنْ في السَّمْعِ مِنّي تَصامُمٌ # وفي بَصَرِي غَضٌّ وفي مَنْطِقي صَمْتُ فحَظِّي إِذاً مِنْ صَوْمِيَ الجُوعُ والظَّمَا # فإِنْ قُلْت يوماً إِنَّنِي صُمْتُ ما صُمْتُ