Utang BUMN Tembus Rp1.682 Triliun, Erick Thohir: Sejak Awal Sudah Cukup Tinggi

JABARNEWS | JAKARTA – Dari tahun ke tahun pertumbuhan utang perusahaan berplat merah semakin meningkat. Jumlahnya melesat dari tahun-tahun sebelumnya, yakni Rp1.251,7 triliun pada 2018 dan Rp1.393 triliun pada 2019, hingga tahun 2020 mencapai Rp1.682 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pertumbuhan utang dikarenakan adanya beberapa BUMN yang memiliki utang cukup besar hingga saat ini. Beberapa BUMN tersebut salah satunya PT Perkebunan Nusantara dengan nilai utang yang ditaksir sebesar Rp 40 triliun.

Erick Thohir mengatakan, dengan adanya BUMN yang memiliki utang cukup besar maka program restrukturisasi utang akan terus dilakukan. Hal ini menyusul adanya kesuksesan dalam restrukturisasi utang PT Krakatau Steel Persero Tbk. Belajar dari kisah sukses tersebut diharapkan restrukturisasi hutang pada BUMN lain juga dapat berjalan dengan baik.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Leo Hari ini Emosi Kamu Tidak Begitu Baik, Lebih Baik Diam

“Hal ini tentu akibatnya ada perusahaan-perusahaan yang sejak awal mempunyai hutang cukup tinggi, nah ini menjadi harus direstrukturisasi. Alhamdulillah kita punya track record yang baik ketika mencoba restrukturisasi Krakatau Steel. Nah tentu sekarang challenge yang kita hadapi ini ada tiga, satu salah satunya PTPN yang mempunyai nilai utang cukup besar yaitu Rp 40 triliun lebih. Dan juga di BUMN Karya yang memang masih berjalan, dan tentu beberapa hal lain di industri yang memang pada saat ini kondisinya harus kita hadapi. Contohnya seperti pariwisata,” kata Erick Thohir, Kamis (4/2/2021).

Besarnya nilai utang itu kata Erick, dipastikan karena adanya dampak pandemi Covid-19 yang turut serta menurunkan tingkat kinerja operasional perusahaan secara signifikan.

Baca Juga:  Tiga Ciri Cafe Yang Nyaman Untuk Dijadikan Tempat Nongkrong

“Seperti yang terjadi pada PT Kereta Api Indonesia Persero. Selain itu, besarnya utang BUMN ini juga telah menyasar pada BUMN Karya yang dipastikan membutuhkan dana cukup besar untuk pembangunan infrastruktur,” terangnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pertumbuhan utang tersebut adanya tugas untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur, terlebih pada tahun 2020 ada tekanan dari pandemi Covid-19.

“Covid-19 memang secara signifikan mempengaruhi seluruh perusahaan tak kecuali BUMN, pertumbuhan utang BUMN selama 5 tahun terakhir,” Tiko sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo, Selasa (2/2/2021).

“Kalau kita lihat growth revenue di mana yang paling berdampak sektor energi, di mana konsumsi dari pada BBM dan listrik selama 9 bulan lalu, karena covid ini membuat demand (permintaan) dan pembelian energi menurun drastis,” tutur Tiko.

Baca Juga:  Sekolah SDN Cicinde I Karawang Hangus Terbakar

Dari jumlah utang yang mencapai angka Rp1.682 triliun itu, Tiko menyebut bahwa hal itu dilakukan oleh beberapa perusahaan yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, serta Perum Perumnas. Perusahaan tersebut akan direstrukturisasi.

“Kami akan fokus ke BUMN yang terdampak signifikan dari sisi keuangan, kita tahu BUMN seperti Garuda, Waskita, Perumnas, terdampak dan di tahun ini berupaya maksimal melakukan restrukturisasi dengan perbankan. Agar secara keuangan bisa beroperasi lebih baik di 2021,” jelasnya. (Red)

Sumber: CNN Indonesia, Idxchannel