Ada Cinta di Bangku SMA, Ceritanya Anak Sekolahan Purwakarta

JABARNEWS | PURWAKARTA – “Ada Cinta Di Bangku SMA” merupakan novel perdana yang ditulis Fajar Maritim sejak Juli 2016. Perdana naik cetak pada April 2018 oleh penerbit Kaheman Publishing.

“Memang proses penulisannya agak memakan waktu. Sekitar 22 bulan alias hampir dua tahun,” aku Fajar kepada jabarnews, saat acara launching bukunya di Hey-Ho Cafe, Purwakarta, Sabtu (21/4/2018).

Dikatakan Fajar, Novel ini berkisah tentang pertemanan anak SMA yang mengambil latar tempat di Purwakarta tahun 2008, yang diperankan oleh Tomi, Muit, Saefudin, Gofarudin, Iyep, Nadroh, dan Suci, yang mana mereka semua satu sekolah, dan satu kelas. Jalan cerita dari novel ini mengisahkan tentang bagaimana malasnya, nakalnya, usilnya, tetang semangat pertemanannya, juga semangat belajarnya.

Baca Juga:  Pemenang Kompetisi Akan Dikonteskan Ke Level Internasional

“Ini bukan novel romantis sebagaimana judul ya. Kalau romantis-romantis sedikit ya ada. Tapi jalan cerita dari novel ini banyaknya seputar humor, seputar kelucuan-kelucuan anak sekolah. Banyak pesan-pesan moral pula yang disiratkan,” jelasnya.

Cerita bermula, saat Tomi yang mengisi ujian seleksi dengan asal-asalan, secara mengagetkan diterima di salah satu SMA favorit di Purwakarta. Di SMA, Tomi bertemu lagi dengan Muit, mereka sama-sama nakal sejak SMP. Konon Muit bisa diterima di sekolah favorit itu karena mencontek dari Tomi.

Baca Juga:  Pengamanan Larangan Mudik, Polda Jabar Turunkan Brimob Bersenjata Lengkap

“Tomi dan Muit, dua anak nakal ini, bersama-sama dengan Saefudin, Gofarudin, Iyep, yang juga nakal, sering berulah di sekolah, seperti kesiangan, kabur-kaburan, sering tidak mengerjakan PR, sering meninggalkan piket kelas. Nakalnya mereka kerap bikin Ibu Guru geram dan menghukum mereka seperti disetrap di bawah tiang bendara, kemudian dihukum membersihkan toilet,” cerita Fajar.

Lanjut dia, ada tokoh Nadroh dan Suci, pelajar teladan di sekolah, juga kerap geram dengan kenakalan mereka. Tapi Nadroh dan Suci, pada gilirannya, secara tidak langsung bisa meredam nakalnya Tomi dan Muit. Perlahan mereka diajak ke jalan yang baik dan benar.

Baca Juga:  CPNS 2018, Ini Formasi Penerimaan CPNS Provinsi Jawa Barat

“Justru novel ini konfliknya bukan tentang cinta-cintaan. Bukan pula tentang pacar-pacaran. Nggak ada cerita tentang perkelahian, apalagi menampilkan ribut-ributan, nggak ada. Ini cerita murni tentang anak sekolah, yang persoalan terbesarnya adalah pelajaran IPA,” bebernya.

Disinggung soal upayanya menyaingi Pidi Baiq pengarang Novel Dilan yang terkenal itu, Fajar tegas membantah.

” Memang ini sama-sama mengisahkan cerita anak SMA, tapi ini sesuatu yang amat berbeda. Tentu saya tidak mau disebut berupaya bersaing sama beliau (Pidi Baiq). Nggaklah, inikan buku perdana saya, ya segini juga udah uyuhan (mending-red),” pungkasnya sambil tertawa. (Gin)

Jabarnews | Berita Jawa Barat