Ada Apa Dengan Stunting? Ini Kupasannya

JABARNEWS | PURWAKARTA – Dengan mengubah pola asuh menjadi salah satu cara mencegah terjadinya kelainan gizi kronis (stunting). Pola asuh di dalam keluarga hingga lingkungan pendidikan, diperlukan agar perbaikan gizi terhadap anak dapat berlangsung secara kontinyu.

Perwakilan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Dwi Adi Maryandi, mengatakan, pada dasarnya stunting dapat dicegah dan penderitanya dapat membaik dengan perbaikan asupan gizi dan pola hidup.

“Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani,” kata Adi saat ditemui usai kegiatan sosialisasi Germas di Pondok Pesantren Al-Manar, Kelurahan Sindangkasih, Purwakarta, Senin (19/11/2018)

Namun, menurut dia, memastikan anak berada dalam kondisi atau suasana hati menjadi hal yang perlu dipahami lebih dulu.

Baca Juga:  Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Sukabumi Turun 31 Persen, Ini Rinciannya

“Selain itu, Faktor ibu dan Pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Kondisi emosi anak itu menjadi penting, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan,” ujarnya

Menurut Adi, Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

“Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi,” kata dia.

Baca Juga:  Buntut Isu KPK Panggil Aa Umbara, Kantor Bupati Bandung Barat Sepi

Selain itu, lanjut dia, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

“Jadi butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih,” kata Adi.

Untuk mencegahnya, tamabah dia, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi.

“Jadi siklus ini berdampak pada metabolisme tubuh yang kurang, penyerapan gizi juga kurang, nah nanti sistem imunitasnya akan terpengaruh secara negatif,” papar Adi.

Menurut dia, emosi sangat erat kaitannya dengan kesehatan fisik. Kondisi anak yang terus menurun secara kronis, dapat menyebabkan stunting karena gizi yang tidak tercukupi.

Baca Juga:  Waspada! Ada Virus Corona Varian Baru, Begini Gejalanya

Oleh karena itu, orangtua, tenaga pendidik, ataupun tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk memperhatian kondisi anak secara menyeluruh.

“Selain itu, emosi dan kesehatan jiwa juga sangat berkaitan. Ini tentang bagaimana cara anak mampu mengelola emosi, sangat berkesinambungan dengan kehidupan anak,” ujarnya.

Lanjut Adi, untuk membesarkan anak terutama di dua tahun pertamanya, lingkungan harus bisa memberikan emosi positif.

“Anak usia dini memang spesial, harus diberi perhatian lebih. Mereka mudah merasa takut, bosan, dan khawatir, semua perasaan itu akan berpengaruh pada mental dan fisiknya,” pungkasnya. (Gin)

Jabarnews | Berita Jawa Barat