Namun menurut pria yang disapa Bah Cecep ini, faktor rasa malu menggunakan bahasa daerah dan pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di rumah turut menyumbang menurunnya penggunaan bahasa Sunda.
Selain itu, kemajuan teknologi, terutama penggunaan handphone, turut mengubah interaksi sosial masyarakat Sunda.
“Seperti contoh adanya handphone, ketika berkumpul baik di rumah ataupun bersama teman, bukan asik ngobrol tetapi semua fokus sama handphone nya masing-masing,” tambah Bah Cecep.
Menurutnya, untuk mengembalikan dan melestarikan adab budaya Sunda, masyarakat harus berani mempertahankan identitas budayanya, salah satunya dengan aktif menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian dan memakai pakaian tradisional seperti baju Pangsi.
Keterlibatan pemerintah dan dunia pendidikan, tambahnya, juga sangat diperlukan untuk membangun kembali karakter generasi muda melalui budaya lokal.