Dijelakaannya, pohon tersebut terkesan angker, sehingga orang tidak berani menebang pohon tersebut sembarangan. Pohon tersebut sempat dijadikan tempat untuk menggelar jamu ladang bagi warga sekitar.
“Dulu pohon itu terkesan angker, kalau dibilang penunggu pohon ini rajanya,” ungkap Banjarnahor.
Kata dia, pernah perangkat desa membakar sampah dibawah pohon, pagi-pagi dia didatangi orang tua minta jangan membakar sampah dekat pohon.
“Habis itu orang tua yang menemuinya hilang mendadak, sejak itu orang tidak berani menebang atau merusak pohon tersebut,” papar dia.
Banjarnahor menambahkan, sebagai ada yang percaya daun pohon tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Itu dibuktikan sejumlah orang datang dari luar daerah mengambil daun pohon tersebut.
“Banyak orang datang dari luar daerah mengambil daun tersebut untuk obat, mungkin mereka yakin daun pohon ini dapat menjadi obat, tapi warga sekitar tidak pernah mengambilnya, karena tidak berani,” bilangnya.(mad).