Banyak Anak Kecanduan Gawai, Manfaatkan Layanan dari RSJ Cisarua Ini

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Penggunaan gadget atau gawai secara berlebihan dapat menimbulkan kecanduan atau adiksi, seperti yang menimpa banyak anak-anak di Jawa Barat.

Akibatnya, banyak dari anak-anak usia 11-15 tahun yang terpaksa menjadi pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. 

Pada dua bulan pertama tahun ini tercatat ada 14 anak yang jadi pasien RSJ Cisarua, sedangkan pada tahun lalu total ada 98 anak yang menjalani rawat jalan gara-gara kecanduan gawai.

Direktur Utama RSJ Cisarua Elly Marliyani menyatakan, pihaknya pun menyediakan layanan konsultasi via daring bagi orang tua yang punya anak berkecanduan gawai. 

Layanan Konsultasi Jiwa On Line (KJOL) dari RS milik Pemprov Jabar itu bisa diakses melalui sambungan telepon atau pesan WhatsApp dengan nomor 081221292020. 

Baca Juga:  Peduli Penghijauan, Polres Purwakarta Tanam Ribuan Pohon

“Masyarakat Jawa Barat yang memerlukan konsultasi jiwa bagi dirinya atau anggota keluarga dengan tujuan ingin mengetahui apakah itu suatu adiksi atau bukan bisa menghubungi ke situ,” kata Elly Marliyani, Minggu (21/3/2021).

Ketika sudah tersambung, terang dia, maka orang tua atau pihak yang menghubungi bakal diarahkan untuk melakukan sejumlah tahapan terlebih dahulu, apakah akan dilakukan pemeriksaan dulu atau langsung konsultasi. 

Sejauh ini, Elly menyebutkan, cukup banyak orang tua yang memanfaatkan layanan KJOL untuk mengonsultasikan masalah kejiwaan pada anak-anak, yang dipicu oleh kecanduan gawai. 

“Setelah konsultasi di KJOL, ada yang datang langsung untuk konsultasi di tempat, sampai mulai rawat jalan untuk anaknya,” ucapnya.

Baca Juga:  Polisi Segel Tempat Hiburan Malam di Bandung, Ngotot Buka Saat Ramadhan

Menurut dia, anak-anak yang mengalami adiksi gawai mayoritas karena kecanduan game online. Berdasarkan catatan, RSJ Cisarua, setiap bulan sejak tahun 2019 ada anak yang menjalani rawat jalan dengan berbagai kategori, bahkan jumlahnya tak jarang mencapai belasan anak dalam sebulan.

“Adanya data komorbid, jadi itu gabungan antara anak mengalami gangguan jiwa lalu mereka mengalami adiksi games, atau adiksi games lalu mereka alami gangguan jiwa. Rata-rata sebulan itu ada sekitar 11 sampai 12 orang,” katanya. 

Sub Spesialis Psikiater Anak dan Remaja RSJ Cisarua Lina Budiyanti menambahkan, mayoritas orang tua membawa anak-anaknya untuk diberikan perawatan, lantaran anak-anak mereka mudah tersulut emosi apabila dilarang menggunakan ponsel.

Baca Juga:  Terdakwa Pembacokan Siswa SD di Sukabumi Jalani Sidang, Ini Hasilnya

“Ketika dilarang, langsung ekspresi emosinya sangat tinggi. Bisa melempar barang, bahkan bisa mengancam dengan senjata tajam kalau tidak dituruti permintaannya, seperti ponsel dan kuota,” jelasnya.

Lina membeberkan, pandemi Covid-19 juga menjadi faktor yang turut menyumbang angka kecanduan gawai pada anak-anak. 

Pasalnya, sejak setahun terakhir ini muncul kebijakan sekolah secara daring, sehingga anak-anak lebih banyak memegang ponsel.

“Jadi, pandemi ini mereka tidak ke mana-mana, orang tua pun awalnya memberikan kelonggaran, karena berpikir kalau enggak main game, mau ngapain. Awalnya dari situ, tapi lama-lama pemakaian enggak terkendali, akhirnya jadi adiksi,” bebernya. (Yoy)