Dikritik Soal Kejenakaan, Dedi Mulyadi: Orang Sunda Tidak Pernah Stress!

Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi. (Foto: Tempo).

“Jadi tidak ada stratifikasi strata sosial, jadi kalau muncul Raden-raden di Sunda itu sebenarnya itu bukan nilai-nilai ke Sundaan itu kan pemberian dari Mataram saat menguasai Sunda. Kemudian, mereka memerlukan orang yang mengelola pemerintahan yang menjadi penghubung antara Mataram dengan rakyat,” jelasnya.

Baca Juga:  Survei LSI Denny JA: Pergerakan Dedi Mulyadi Berperan Dongkrak Suara Prabowo di Jabar

Dedi kemudian menyontohkan, ketika menjabat Bupati Purwakarta membuat terobosan baru filosofi baju Sunda yakni celana pangsi ikat yang dilipat dengan cepat dengan memakai baju komprang. Dia menyebut, orang Sunda selalu terbuka dalam berbicara dan tidak ada dendam dalam hidupnya.

“Sosialis loh orang Sunda itu. jadi kalau mau ngomong sosialis itu ya orang Sunda. Di Sunda itu tidak dikenal kepemilikan hak, tidak ada sebenarnya, ini tanah adalah titipan yang maha tunggal dan tugas manusia itu hanya melakukan pengelolaan tidak ada hak kepemilikan yang dibagi secara bersama,” bebernya.

Baca Juga:  AMR Tersangka Pemerasan RS dan Puskesmas di Bekasi Terancam 20 Tahun Bui

Dedi menilai, sosialis ada di kampung adat yaitu Baduy sebab hidupnya berkelompok berkomunal, tapi harus dipahami bukan atheisme.

“Berkelompok berkumpul maka dia punya kelompok disebut padukuhan ada rumah jumlahnya 40, kemudian punya sistem pengelolaan ekonominya yaitu dia punya lumbung,” bebernya.

Baca Juga:  Pengunjuk Rasa di Purwakarta Tuntut Arteria Dahlan Dipecat dari DPR