Dalam paparannya, Tenaga Ahli BGN Ade Tias M menyebut MBG sebagai instrumen strategis pemerataan pembangunan kesehatan masyarakat. Program ini, katanya, secara sistematis menargetkan anak-anak sekolah, balita, dan ibu hamil sebagai kelompok prioritas berdasarkan data stunting, kemiskinan, dan akses layanan dasar.
Namun, ia tak menampik adanya tantangan di lapangan seperti keterbatasan infrastruktur, logistik distribusi, dan kurangnya tenaga lapangan yang terlatih. Ia menegaskan bahwa pengawasan multi-pihak dan standar gizi harus jadi prioritas utama.
“Kami mendorong integrasi program MBG ke dalam sistem sosial dan ekonomi lokal. Kolaborasi dengan sekolah, puskesmas, komunitas, dan pelaku UMKM adalah kunci keberlanjutan,” jelas Ade.
Lebih lanjut, ia berharap program MBG bukan hanya menurunkan angka stunting, tapi juga membentuk budaya makan sehat, meningkatkan kualitas pendidikan, dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Dengan sinergi antara DPR, BGN, lembaga pendidikan, serta masyarakat, program MBG diharapkan tak hanya menjadi solusi krisis gizi, tetapi juga pondasi bagi terciptanya generasi Indonesia yang sehat, unggul, dan berdaya saing. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News