Dr Jokotri: Pesan Dari Qurban Adalah Memberi Manfaat Bagi Manusia

JABARNEWS | PURWAKARTA – Dr Joko Trio Suroso sepakat dengan Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo yang mengatakan “Pada saat kita membangun negeri ini, sesungguhnya kita sedang berkorban. Kita korbankan kepentingan pribadi dan golongan untuk Indonesia yang maju. Untuk Indonesia yang sejahtera dan layak kita wariskan ke anak cucu. Taqabbalallahu minna wa minkum.”

Menurut Jokotri, sapaan Joko Trio Suroso, memang hakikat pesan dari ibadah Qurban adalah memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi manusia. Hal ini tercermin dalam pembagian daging qurban yang dibagikan kepada masyarakat.

Diketahui bersama bahwa hewan qurban dari menyembelih, menguliti, memotong bagian daging dan tulang hingga menjadi ukuran kecil kemudian dimasukan pada kantong dan selanjutnya dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat sekitar. Dari proses qurban itu melibatkan banyak orang dan dilakukan secara bertahap serta bersama-sama.

Baca Juga:  Pemkot Depok Tindak Tegas 20 Bangunan Gegara Nunggak Pajak

“Saya kira dari prosesi qurban itu bisa diambil ibrah bahwa untuk mencapai suatu tujuan perlu kerjasama, bertahap, dan dilakukan bersama-sama. Intinya penting untuk melibatkan masyarakat dalam urusan publik, dalam urusan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat,” ujar dosen dan asisten direktur pascasarjana Universitas Langlangbuana (UNLA) Bandung.

“Dan tidak hanya seorang pengurus dewan kemakmuran masjid atau rukun tetangga saja yang bergerak, tetapi harus didukung dan terjun langsung dalam kegiatan, sehingga hasilnya dapat dirasakan bersama. Dan ini bisa diluaskan makna dan manfaatnya dalam berbagai program kemasyarakatan, misalnya pemberdayaan ekonomi kaum dhu’afa. Karena itu, saya yakin bahwa semangat kebersamaan dalam ibadah qurban bisa ditularkan untuk urusan kemasyarakatan. Tentu diwujudkannya dalam bentuk berbagai kegiatan yang positif dan bermanfaat luas bagi kesejahteraan masyarakat,” sambung Wakil Ketua di DPP Parkindo.

Baca Juga:  Polisi Kejar Pelaku Utama Pesta Miras Oplosan Berujung Maut di Purwakarta

Menurut Jokotri, sudah lumrah di lingkungan sekitar bahwa setelah dapat daging qurban, biasanya dinikmati bersama keluarga. Ada yang di sate, gulai, bakar biasa, atau dendeng. Kabarnya Nabi Muhammad Saw kala musim qurban mengambil daging dan memasaknya. Beberapa bagian kemudian didendeng (kere) sampai kering sebagai cara mengawetkan daging sebagai makanan untuk beberapa hari ke depan. Tentang riwayat ini perlu ditelusuri kebenarannya.

Meski begitu, dari sisi olahan tampaknya sangat mungkin dilakukan dan memiliki makna bahwa jangan dihabiskan sekaligus daging atau makanan yang kita miliki baiknya disimpan untuk kebutuhan hari lain.

Baca Juga:  Pemkot Bandung Tunda Sekolah Tatap Muka, Orang Tua Diminta Tingkatkan Pendidikan Keluarga

Namun, semangat kebersamaan dalam proses qurban sekarang ini tampaknya akan sangat mengena dan bermanfaat jika muncul kesadaran dari diri untuk berbagi hewan qurban dengan saudara-saudara kita di Lombok dan daerah sekitarnya yang kini sedang menderita karena bencana gempa.

“Seharusnya memang ada upaya atau semacam gerakan qurban di Lombok untuk berbagi kebahagiaan di hari raya ini. Andaikata sulit diwujudkan karena berbagai hal, maka di hari-hari mulia ini sepantasnya mendoakan masyarakat korban gempa Lombok agar senantiasa sehat wal ‘aafiyat, dikuatkan dalam kesabaran, dan kondisi masyarakat pulih kembali dalam kehidupan yang lebih baik,” pungkas Penasihat Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Bandung ini. [jar]

Jabarnews | Berita Jawa Barat