Evakuasi Korban Gempa Dan Tsunami Sulteng Dihentikan

JABARNEWS | PALU – Proses evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dihentikan pada Kamis (11/10/2018) ini. Hingga hari ini, bencana yang terjadi pada 28 September lalu itu mengakibatkan 2.045 korban meninggal dunia.

Keputusan itu diambil oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin penanganan korban gempa dan tsunami Sulteng, setelah rapat koordinasi yang melibatkan Gubernur Sulawesi Tengah, pemda setempat, BNPB, Badan SAR Nasional (Basarnas), perwakilan sejumlah kementerian dan lembaga terkait, hingga masyarakat setempat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan, ada tiga alasan dihentikannya proses evakuasi dan pencarian korban.

Baca Juga:  Jelang PTM, Sekolah Dasar di Desa Neglasari Bojongpicung Disemprot Disinfektan

Pertama, jenazah yang ditemukan setelah 14 hari bencana dinilai berpotensi membawa penyakit dan dampak buruk untuk masyarakat.

Selanjutnya, sesuai prosedur, masa evakuasi korban dalam sebuah bencana sebenarnya hanya dilakukan selama 7 hari. Namun, tim SAR telah memperpanjang upaya tersebut menjadi 14 hari.

“Meski pencarian korban dihentikan, masa tanggap darurat bencana belum tentu dihentikan juga pada hari ini. Keputusan tersebut hingga saat ini masih dibahas dan kemungkinan akan diperpanjang dari pengumuman tanggap darurat sebelumnya hingga 11 Oktober,” katanya.

Baca Juga:  Anggota Polri di Cirebon Edarkan Obat Terlarang, Terancam Belasan Tahun Penjara

Untuk alasan terakhir, kata Sutopo, warga yang masih kehilangan anggota keluarga atau kerabatnya sudah mengikhlaskan proses pencarian dihentikan. Namun, meski pemerintah dan tim SAR sudah menghentikan proses pencarian, warga yang masih ingin mencari anggota keluarga yang hilang tetap diperbolehkan melakukan pencarian. Relawan pun diperbolehkan untuk membantu.

“Berakhirnya masa evakuasi korban bencana Sulteng, akan ditutup dengan acara doa bersama di tiga wilayah, yaitu Kelurahan Balaroa, Petobo, dan Jono Oge. Di ketiga daerah ini diperkirakan masih terdapat ribuan korban hilang yang tertimbun reruntuhan bangunan dan lumpur,” pungkas Sutopo.

Baca Juga:  Sayangkan Akses Curug Tilu Ditutup, Disporaparbud Purwakarta: Ini Menyangkut Hidup Orang Banyak

Rangkaian gempa mengguncang Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Gempa bermagnitudo 7,4 yang tertinggi memicu tsunami dan likuefaksi. Akibatnya, 2.045 korban meninggal dunia, 671 orang hilang dan 10.679 jiwa luka berat.

Selain itu, sebanyak 67.310 rumah, 2.736 sekolah rusak, 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan rusak berat. Sebanyak 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik di Palu, Donggala dan Sigi. (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat