“Biasa panen di masa usai 100 hari, daripada lebih parah mending dipanen lebih awal. Kalo lagi bagus satu hektare bisa sampai lima ton, ini belum tau karena belum selesai,” cetus Toni sambil mengelus dada.
Toni mengaku, dirinya sudah melaporkan kondisi ini kepada pihak terkait melalui ketua kelompok tani, namun hingga saat ini belum ada informasi atau bahkan realisasi membasmi hama wereng ini.
Sementara petani lain, Ujang mengeluhkan dengan kondisi saat ini, ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah hasil hasil panen anjlok, harga gabah pun merosot, diperparah dengan harga pupuk yang mahal serta langka.
“Normalnya lima ton hasil panen padi, ini paling sekarang sekitar tiga ton. Sekarang harga gabah Rp. 420 ribu perkwintal normalnya 500 Ribu Perkwintal. Pupuk juga suka susah, tanaman udah waktunya di gemuk pupuknya enggak ada,” singkat Ujang. (Gin)